Jumat, 31 Oktober 2014

Titin Anisa Syahrial

Bahagia itu ketika hidup kita menginspirasi orang lain untuk berubah ke arah yang lebih baik. Selamat Anda selalu berbahagia #suggestion

Titin Anisa Syahrial


Titin Anisa, Mahasiswa STKS Bandung asal Sumatera Barat mengikuti kegiatan Youth Peace Ambassador



Part 2
SEVENTH INTERNATIONAL YOUTH PEACE AMBASSADOR TRAINING WORKSHOP (YPA7) di Kathmandu and Lumbini, Nepal.
19 – 25 Januari 2014

Tak terbayangkan, bertepatan pada tanggal 19-25 january 2014, saya mewakili Indonesia di kancah internasional, dalam kegiatan SEVENTH INTERNATIONAL YOUTH PEACE AMBASSADOR TRAINING WORKSHOP (YPA7) di Kathmandu and Lumbini, Nepal. Pada awalnya, saya memulai aktif dikegiatan DUTA ANAK SUMATERA BARAT. Tak puas dengan itu saja, ajang internasional pun ingin saya selami. Tapi tetap pada kodrat saya, berpatokan pada Hak-hak anak.
            Kita memulai perjalanan pada tanggal 17 January 2014. Kami perwakilan dari INDONESIA sebanyak 13 orang yang tersebar dari berbagai provinsi, yakni Sumatera Barat, Pekanbaru, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Pontianak, dan lain sebagainya. Kami berkumpul dan bertemu untuk pertama kalinya di Kuala Lumpur (LCC Terminal).  Mungkin perasaan canggung pun menghampiri kami,dikarenakan kali pertama bertemu dengan orang-orang ini.
            Dengan memiliki perasaan senegara, kamipun mulai mengenal satu sama lain, walaupun sangat instan. Kami mulai mencairkan suasana dengan foto bersama sebelum keberangkatan dan saling bertukar pikiran satu sama lain.





Foto  1 : sewaktu memulai keberangkat ke Kathmandu,Nepal.

            Sesampai kita di Tribhuvan International Airport, Nepal. Kami langsung disambut panitia dan dibawa ke Hilltake Health Spa & Resort. Pada tanggal 18 januari 2014,kami langsung memulai aktivitas di Nepal. Disambutlah kami dengan acara NEPAL CULTURAL FEST pada malam harinya. Sentak kami dimanjakan dengan budaya, baik itu tarian, cindera mata, dan baju-baju adat khas Nepal. Setidaknya kami dibekali sama buku-buku pengenalan negara Nepal.
            Sampailah pada saat yang ditunggu, tanggal 19 januari 2014, dimulailah aktifitas kami di YPA7. Dimulai dengan pembukaan acara, dan pengenalan tentang Youth Peace Ambassador 1-6 dan pengenalan sesama anggota YPA7.
            Sontak udara dinginpun kami rasakan. Yang awalnya kami hanya merasakan suhu indonesia yang tropis dan cenderung hangat, sekarang kami harus dihadapkan dengan suhu ekstrem sampai 3 derjat celcius. Huhuhu..... Alangkah dinginnya tempat itu, tak heran ada salah satu rekan kami dari indonesia yang jatuh sakit untuk beberapa hari. Dan yang paling disayangkan, makanan mereka sangat berbeda dengan masakan Indonesia, khususnya rempah-rempahnya. Satu lagi, tak ada daging, ayam dan ikan disana, otomatis kami vegetarian selama satu minggu.
            Dihari pertama YPA7, kami diharuskan memaparkan apa kegiatan yang telah dilakukan sebelum mengikuti YPA7. Saya yang domisilinya berkutat dibidang pemenuhan hak-hak anak, kami langsung memaparkannya didepan anggota YPA7 lainnya.

Foto 2 : Kami memaparkan program Duta Anak Sumatera Barat

            Pada hari keduanya bertepatan tanggal 20 januari 2014, kami di wajibkan membuat suatu Action Plan yang mana akan kami kerjakan selama setahun kedepan. Kami yang awalnya terdiri dari 3 orang perwakilan Sumatera Barat (Titin Anisa, Rinaldi Hermansyah, Hary Novar) sekarang kedatangan satu orang tambahan di group kami. Berkaitan dengan Action Plan, kami tetap berkukuh di bidang pelayanan Anak. Dan akhirnya sekarang kami mengangkat tema “CHARITY FOR CHILDREN WITH ARTIFITIAL LEGS” .
            Tujuan kami mengambil tema ini, dikarenakan banyaknya orang yang memiliki keterbatasan fisik,banyak yang putus asa dan butuh suntikan support. “Siapa bilang kami berbeda? “
Nah dengan ini,kami mulai mencari akarnya,yang dimulai dengan anak-anak yang disabilitas, khususnya yang keterbatasan pada aktifitas berjalan, yakni kaki. Project kami ini bertumpu pada penyambung kaki bagi anak-anak yang mengalami kecacatan kaki.
            Project kami ini mendapatkan apresiasi yang luar biasa dari Mr. Darrl Macer selaku Director Eubios Ethics Institute. Dengan batu suntikan itu,menambahkan semangat pula bagi kami dalam pengerjaan project ini.
            Disela-sela waktu coffe break, kami selaku Indonesian delegation menyempatkan untuk berfoto bersama, kami kompak untuk memakai baju batik pada hari kedua conferens
Foto 3 : Indonesian delegation berfoto bersama dengan memakai batik.

Foto  4 : kami memaparkan hasil action plan kami tentang charity for children with artifitial legs (Titin Anisa, Rinaldi Hermansyah, Angraini Charisma, hary Novar)

Foto 5 : Hasil Action Plan kami direvisi oleh Mr. Darrl

            Setiap harinya kami berkutat dengan Action Plan masing-masing. Dan datanglah waktu yang ditunggu-tunggu, pada tanggal 22 januari, kami semua partisipan YPA7,melakukan perjalanan 8 jam ke kota Lumbini by land. Banyak pengalaman unik yang kami dapatkan disana, baik itu saling menyanyikan lagu negara masing-masing, saling belajar bahasa negara masing-masing ketika didalam bis, dan pengalaman paling unik ketika ban dari bis kami mengalami kebocoran . Sambil menunggu bapak sopir untuk membenahi bannya. Mr.Darrl mengambil inisiatif untuk membuat game kecil di lapangan sekitar.
Foto 6 : Mr. Darrl mengajak kami untuk bermain game kecil sewaktu menunggu pergantian ban mobil

            Sesampai di Lumbini, kami disajikan dengan makanan yang berbeda dengan di Kathmandu, untunglah ada masakan yang berbau Ayam goreng disana, setidaknya menolong perut kami yang merindukan ayam goreng .. hahah #curhat.
            Kami diajak mengunjungi tempat-tempat bersejarah di Lumbini, dan tak heran Nepal disebut dengan Negara Seribu Candi,dan memang bnyak sekali ditemukan candi-candi disana. Dan domisili warga Nepal yakni Budha.
Foto 7 : Kami berfoto bersama di salah satu temple yang terkenal di Lumbini

            Hari berganti hari, dan kami banyak mendapatkan pengalaman disana,baik tentang penanganan bencana, hypnoterapi, action plan, yoga, pengenalan tentang budha,filosofi work dan lain sebagainya. Tak terasa tanggal 25 januari telah datang. Pada hari ini akan diberikan sertifikat bagi partisipan YPA7. Dan berkhirnya acara Youth Peace Ambassador 7 ditutup dengan Farewell Lunch.
Foto 8 : Pemberian sertifikat dari Direktur Eubios, General Manager dan Presiden Youth UNESCO’s Club

Foto 9 : Foto bersama pada acara penutupan Youth Peace Ambassador 7 di Nepal
            Banyak pembelajaran yang dapat saya petik dari pengalaman diatas, baik itu menambah relasi dari masing-masing negara sahabat, menambah ilmu pengetahuan, dan masing banyak lagi. Pengalaman itu hanya sekali,kesempatan itu juga datangnya sekali, Pengalaman lain juga akan datang, tapi pasti berbeda dengan pengalaman sebelumnya. Maka nikmatilah pengalaman yang engkau dapati, ambil sisi potitifnya, apabila ada sisi negatif dari pengalaman itu, carilah sisi terbaliknya ,unuk menemukan yang positifnya.

“jangan takut untuk inofatif, jangan takut menentang menyontek”
“Jangan takut untuk terbalik, jangan takut untuk berbeda”

Aku dan Keluarga Bahagiaku



Part 1

Assalamualaikum wr.wb..
Salam Sahabat Muda,
Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta. Mungkin kata ini melekat bagi generasi ke generasi. Perkenalkan nama saya Titin Anisa. Saya anak pertama dari dua orang bersaudara. Saya lahir pada tanggal 8 oktober 1994, di sebuah desa kecil bernama Tangah Sawah, Kecamatan Ampek Angkek, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Orang tua saya sangatlah luar biasa, Ayah saya bernama Syahrial, seorang ayah yang sanggat saya banggakan, ayah yang mengajarkan kepada saya bahwa hidup itu banyak rintangannya, bahwa hidup itu tidak boleh berlalai-lalai. Dan bahwa hidup itu mesti dijalani dengan ikhlas dan tawakal kepada Allah. Kehidupan saya takkan jauh dari peranan seorang ibu, ibu yang sanggat tegar, sabar, dan paling sempurna dimata saya. Elneliza, adalah sosok panutan yang sangat saya idam-idamkan. Tak heran, jika suatu saat nanti, saya ingin setegar ibu, dan sekuat ayah. Satu lagi keluarga kecil saya, Rivan Baidilah Renanda, adalah satu-satunya anak laki-laki dirumah, kami hanya berdua, dan terkadang, sering bertengkar gara-gara hal sepele, ibu sering menegur kami yang masih kekanak-kanakan dalam bertingkah laku. Walaupun kami sering bertengkar, Saya sangat menyayangi adek saya, saya berusaha menjadi yang terbaik, agar adek saya memiliki contoh dan panutan yang benar untuk hidupnya.
Saya terlahir dari keluarga yang sederhana, ayah saya pernah mengalami asam pahit kehidupan. Keluarga kami pun begitu, kami pernah merasa diatas, bahkan dibawah. Ibarat sebuah roda, kehidupanpun seperti itu, terus berganti dan berputar. Ayah saya seorang Wiraswasta kecil, ayah biasa berteman dengan terik matahari, yakninya seorang pembuat pusara (kuburan). Subhanallah sangat mulia ayah saya. Pekerjaan ini menuntut ayah, membanting tulang demi keluarga, berpanas-panasan demi menafkahi keluarga. Dan inilah yang membuat saya begitu bangga sama ayah, seorang ayah yang tak pernah mengeluh kepada keluarganya, ayah yang begitu tegar dan kuat dalam menghidupi keluarganya.
Satu orang lagi yang sangat berarti, yakninya ibu yang sanggat luar biasa, Ibu saya hanya seorang ibu rumah tangga, yang notabennya menunggu anak dan suami dirumah, pekerjaan rumahpun sangat biasa bergaul dengan beliau. Terkadang ibu juga mengisi waktu kosong dengan menjahit di rumah, dan tak heran juga, sedikit banyaknya, saya terbiasa dengan menjahit, baik itu jilbab, baju, dan lain sebagainya. Itu berkat pemberian contoh dari seorang ibu, yang mengajarkan saya keahlian yang nantinya akan berguna bagi saya.
Ayah saya hanya tamatan SMA, sedangkan ibu saya tamatan MTs, atau setara dengan SMP. Keterbatasan biaya pada saat itu, membuat orang tua saya memutuskan untuk bekerja dimasa muda, melihat masih banyak adik yang harus menempuh masa sekolah. Sungguh mulia sekali hati seorang anak pada saat itu, dia tidak mementingkan keinginannya untuk bersekolah, malah mementingkan adek-adeknya yang akan melanjutkan ke jenjang pendidikan. Terkadang mendengar cerita ayah dan ibu, saya sangat terpukul, kenapa disaat saya memiliki kecukupan orang tua, yang mampu menyekolahkan saya, kenapa saya harus melalaikan itu, sedangkan orang tua saya harus berjuang demi sekolah, pada masanya. Inilah yang membuat saya menjadi pribadi yang tidak gampang putus asa, jika saya mengalami kegagalan, saya harus lebih maju dari kegagalan saya itu.
Saya mulai memasuki masa sekolah, disaat saya belum cukup umur, 5,5 tahun umur saya, tapi tak menyurutkan niat saya untuk bersekolah. TK Aisyah Bustanul Athfal Kec. Ampek Angkek, Kab. Agam, Sumatera Barat. Telah menuliskan nama saya menjadi muridnya. Walaupun belum cukup umur, tapi sekolah ini telah memperbolehkan saya untuk masuk, dikarenakan tingkat antusias saya untuk bersekolah sangat tinggi. Pada tahun ajaran 1999/2000 saya menamatkan pendidikan Taman Kanak-kanak saya.
Dimasa sekolah, saya dididik oleh orang tua, agar disiplin terhadap apapun tanggung jawab, mulai dari tugas sekolah, tugas mengaji dan lain sebagainya. Orang tua tidak pernah mengekang atas kemauan saya, saya yang suka dengan dunia Tarik suara, tidak pernah sedikitpun dibatasi oleh mereka, malah ayah dan ibu sangat mendukungnya, saya mengikuti kegiatan paduan suara tingkat kecamatan, dan kabupatenpun, orang tua saya selalu support anaknya. Kebebasan bertanggung jawab inilah yang diajarkan ayah dan ibu saya semenjak saya kecil. Seiring dengan SD, saya dimasukkan orang tua saya, ke pendidikan mengaji Al-Quran. Madrasah Diniyah Awaliah (MDA) Muhammadiah Kayu Katiak, mulai dari kelas 3 SD saya belajar mengaji, dan mendapatkan ilmu di MDA selama 4 tahun dan menamatkannya pada tahun 2005.Seiringan dengan itu, pada tahun ajaran  2005/2006 nama saya tercatat sebagai lulusan dari Sekolah Dasar Negeri 31 Surau Laut, yang sekarang namanya menjadi SDN 16 Surau Laut, Kec. Ampek Angkek, Kab.Agam. Sumatera Barat.
Setelah menamatkan bangku Sekolah Dasar, saya tertarik untuk mendalami sekolah agama, Madrasah Tsanawiyah Panampuang (MTsN Panampuang) adalah pilihan saya. Disana saya diajarkan ilmu pengetahuan umum dikolaborasikan dengan ilmu agama, sejalan dengan ilmu yang saya ambil di MDA, pelajarannya yang sangat banyak, terkadang membuat saya jenuh, dikarenakan mewajibkan saya menghafal ayat al-quran, mempelajari Tarikh Islam, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), Fiqih dan banyak lainnya. Tapi disanalah poin plusnya, disaat orang lain dibangku SMP mendapatkan pelajaran Agama, tapi disana saya mendapatkan pendidikan Agama dan anak-anaknya juga. Sungguh saya merasakan manfaatnya sekarang. Selama pendidikan di MTsN Panampuang, saya aktif mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yakninya Pramuka, disinilah saya diajarkan bagaimana memiliki jiwa pemimpin yang disiplin, seiring dengan itu, pendidikan formal tak boleh terlewatkan. Mungkin keaktifan saya berorganisasi dimulai pada masa ini, sewaktu kelas 1 MTsN, saya sudah menggeluti dunia OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), dan mulai memegang jabatan-jabatan disini, mulai dari Divisi pendidikan, Bendahara Umum dan Sekretaris Umum. Tak jarang, Guru-guru mulai mengenal kita karena keaktifan di sekolah. Mulai pada detik itu, saya tidak mudah untuk digoyahkan oleh rekan-rekan saya, selagi saya masih bisa aktif, cemoohan teman pun saya anggap sebagai masukan dan saya ambil segi positifnya saja. Dan pada tahun ajaran 2008/2009 saya menamatkan jenjang Sekolah Menengah Pertama saya dengan nilai yang memuaskan. Dan saya mulai dihadapkan pada pilihan SMA yang sanggat beragam.
Tapi pilihan saya tidak salah, pilihan saya dan orang tua, tertuju pada Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Ampek Angkek, Kec.Ampek Angkek, Kab. Agam. Sumatera Barat. Disinilah saya mulai dihadapkan pada saingan yang beragam, bukan hanya saingan dari sekolah asal saya, tapi juga berasal dari macam-macam SMP lainnya. Di masa SMA, saya menggeluti bidang Organisasi MPK (Majelis Permusyawaratan Kelas), Organisasi pengawas yang bertugas membentuk anggota OSIS dan mengawasi kinerja OSIS. MPK juga membentuk karakter saya, yang mana, apabila kami mengeluarkan surat teguran bagi anggota OSIS, banyak respon negative bagi kami, hal inilah yang mengajarkan saya, bahwa memiliki pendapat itu haruslah dibarengi dengan kesiapan mental yang kuat apabila ada sanggahan orang lain. Di masa SMA, saya aktif dibidang lainnya, seperti Debat, Paskibra, Duta Anak dan lain sebagainya . Kegiatan saya juga tak terlepas dari peran sahabat saya. Dua orang yang sangat saya sayangi, dua wanita yang kuat, dan saling support satu sama lain . Ia lah Annisa Wulan Sari dan Sovia Ranty. Sahabat SMA yang sangat klop, kemana-mana kita bersama,nongkrong bersama, bimbelpun kita bersama.
Mungkin saya sedikit bercerita kenapa saya mulai menggeluti dunia Duta Anak. Semasa saya menjabat di Sekretaris MPK, saya diundang oleh Wakil Ketua (WAKA) SMA, untuk menghadiri undangan dari Bapak Camat Kab.Agam di Lubuk Basung. Kegiatan ini diselenggarakan oleh BPPKB (Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berecana) Kabupaten Agam. Disana diadakan acara pertemuan bagi para anak SMA dan SMP se-Kabupaten Agam, guna pembentukan Forum Anak Kabupaten Agam. Dan disinilah terpilih saya sebagai Wakil Ketua Forum Anak Kabupaten Agam Periode 2010/2013. Saya adalah wakil ketua pertama yang perempuan di Forum Anak Agam. Keaktifas saya dalam berorganisasi emang saya pupuk dari dini, dikarenakan saya adalah orang yang tidak bisa berdiam diri, dan menunggu perubahan. Saya lebih suka mencari dan menciptakan perubahan itu sendiri.
Masa SMA, kata orang adalah masa yang indah, jika dibandingkan dengan masa Kuliah, disinilah kami diperhatikan oleh guru, ditegur apabila melanggar sesuatu, bagi yang suka keluar dri kelas, yang jarang masuk, yang berambut panjang bagi laki-laki, inilah yang membuat kami rindu akan SMA, teguran dari gurulah yang sangat kami rindukan.
Dimasa SMA juga kami belajar secara autodidak, yang namanya pacaran. Pacaran masa SMA, yang terkadang menggelitik saya. Yang kadang, jika saya memikirkannya membuat saya tersenyum malu sendiri. Disinilah saya mulai mengenal perasaan lawan jenis. Terkadang pacaran ini, membuat kita rajin datang ke sekolah, rajin untuk bersolek, dikarenakan datang ke sekolah ada yang melihat, Hal inipun lumrah, dikarenakan masa ini, masa puber SMA, yang mana individunya merasa ingin dilihat dan diperhatikan. Terkadang di masa ini, saya memiliki tekat yang kuat akan seseorang. Saya memiliki seorang teman dekat pada saat itu, ia anak yang rajin dan pintar, agamanya kuat, dan kami saling bertukar pikiran mengenai cita-cita. Tak heran, peran orang ini sangat berarti, dikala ia berhasil mendapatkan universitas yang ia idam-idamkan, dan disanalah, tekat saya mulai terbangun.  Dia saja bisa kuliah di Pulau Jawa, kenapa saya tidak?.
Hal inilah yang menjadi penyemangat saya, hal ini yang mendorong saya agar bisa menggapai cita-cita saya untuk kuliah di Pulau seberang. Pada tahun ajaran 2011/2012 nama saya pun tercatat sebagai siswa yang lulus dari SMA N 1 Ampek Angkek. Disanalah saya dan semua teman angkatan merasa senang, dikarenakan kami dinyatakan lulus 100%.
Perjalanan saya masih panjang, dikarenakan keinginan saya untuk melanjutkan kuliah di Pulau Jawa. Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung, Sebuah sekolah kedinasan milik Kementerian Sosial, disanalah saya menancapkan panah masa depan saya, disanalah saya akan melanjutkan cita-cita yang selama ini saya idamkan untuk mensejahterakan orang banyak. Tahun ajaran 2012/2013 saya menginjakkan kaki di Bandung. Rasa senangpun tak karuan, dikala cita-cita saya terwujud. Dimana apa yang saya harapkan untuk kuliah di Pulau Jawa kesampaian. Betapa senangnya, jika melihat orang tua bangga pada anaknya. Inilah kesenangan tersendiri bagi saya, seorang anak dari pembuat pusara, bisa berkuliah di Bandung, dan jauh merantau dari Pulau Sumatera demi cita-citanya. Jarak inipun menjadi penyemangat buat saya, kalau saya harus semangat dan benar-benar tekun belajar, jangan sia-siakan orang tua yang menyekolahkan kita, jangan biarkan tetesan air mata turun dari matanya. Dan jangan sia-siakan air peluh dan banting tulang mereka untuk melihat anaknya berhasil.
Semasa di Pulau Jawa, saya mulai beradaptasi dengan budaya, dan makanan di Bandung. Tapi tak lama untuk saya mengenali dan akrab dengan makanan sunda, dikala lapar, semuapun termakan. Itulah yang pantas digambarkan. Untuk semester-semester awal, mungkin homesick mulai menghantui. Rindu akan masakan dan suasana rumahpun tak terbendung, hanya komunikasi by phone yang bisa saya lakukan. Inilah yang membuat saya tegar, dan harus menamatkan kuliah pada waktunya, agar orang tua saya bisa bangga dengan anaknya. Waktu kuliahpun banyak saya habiskan di kampus, saya mulai jarang mengikuti kegiatan kampus, saya sudah bertekat untuk lulus dan segera mencari kerja. Saya aktif di olahraga seperti TENNIS Lapangan, dikarenakan hobby saya akan hal itu. Saya yang memiliki pandangan untuk tidak berorganisasi dulu, dan menghabiskan waktu di kampus untuk sekedar kuliah. Tapi emang dasar orangnya suka berorganisasi. Organisasipun tak bisa lepas dari kehidupan saya. Forum Mahasiswa Kedinasan  Indonesia (FMKI) menjadi salah satu wadah bagi saya untuk berkembang sebagai Mahasiswa. Saya yang awalnya tergabung di Tim Desa Sejahtera, yang mana memiliki desa harapan di sebuah desa di Gedepangrango, Sukabumi, Jawa Barat.
Seiring berjalannya waktu, keaktifan saya dalam organisasi kampus, seperti Tennis Lapangan, mengikutkan saya akan kegiatan Olimpiade Perguruan Tinggi Kedinasan (OPTK) FMKI, di Cimahi, Jawa Barat. Bertepatan pada 29 september 2013, OPTK ke VI terlaksana. Dalam olimpiade ini, menyelenggarakan lomba-lomba yang berbau olahraga seperti Tennis Lapangan, Tenis meja, Volly, Basket, Atletik, Panjat tebing, Futsal, dan banyak lainnya. Disinilah merupakan ajang silaturrahmi para Perguruan Tinggi Kedinasan Indonesia. Dan alhamdullah Tennis Lapangan Putri STKS Bandung mendapatkan juara 2 dan saya mendapatkan medali perak untuk yang pertama kalinya. Sungguh pengalaman yang sangat menyenangkan dan tak terlupakan. Disamping menambah relasi, pengalaman serta medalipun menjadi nilai plus bagi saya. Sungguh sangat bermanfaat kegiatan ini.
Semasa perkuliahan berjalan, saya menghabiskan waktu untuk focus kuliah, tidak memikirkan untuk bermain-main. Saya selalu memanfaatkan waktu, ini waktu untuk kuliah, ini waktu buat organisasi, ini waktu buat refreshing dengan kolega. Teman saya juga sangat mendukung kegiatan saya, Saling memberikan support  satu sama lain, itulah yang terpenting. Tapi terkadang kesibukan saya juga tak disenangi oleh teman-teman saya, terkadang saya jarang untuk bermain bersama, dikarenakan sibuk akan rapat dan kegiatan lainnya. Tapi inilah yang membuat saya bangga pada mereka, mereka bisa menerima dan mengerti keadaan saya.
Diakhir semester 2. Diwaktu liburan semester. Ketika dibulan January saya harus melakukan perjalanan luar negeri saya untuk pertama kalinya. Pada awalnya saya diberi info dari teman sesama alumni Forum Anak Agam, untuk mengikuti kegiatan UNESCO ke Nepal, saya mulai tertarik dan mengikuti bersama dengan alumni FORUM ANAK.  Disinilah serasa kehidupan saya bangkit kembali, kehidupan saya yang awalnya hanya berbatas dengan kuliah, kali ini mulai digoncangkan dengan sesuatu hal yang luar biasa lagi. Tak disangka January 2014, awal tahun, awal bulan, adalah awal juga bagi saya untuk membuka sesuatu hal yang baru. Mulailah kami berusaha mencari sponsor akan keberangkatan kami. Harry Novar, Rinaldi Hermansyah, adalah dua sahabat saya yang ikut serta juga dalam kegiatan ini, mereka adalah sahabat sewaktu Forum Anak. Dan persahabatan kamipun juga berlangsung sampai sekarang. Sungguh bahagia bisa berkenalan dengan orang super seperti mereka.
Dan kehidupan mimpi sayapun terwujud, yang awalnya saya hanya bermimpi untuk keluar negeri, tapi sekarang menjadi kenyataan. Dimulai dari januari 2014, inilah kisah saya diluar negeri…
Bersambung…