JENESYS
2.0 PROGRAM (Japan-East Asia Network of Exchange for Students and Youths) di Jepang
Part 2
Sekembali ke rumah, kami sudah disambut oleh Inpin
San, dia sudah pulang dari toko, teringat akan Koki Kun, saya dan Inpin pun
menjemputnya di tempat les, dan tak berjalan begitu lama, sampailah kami di
rumah kembali. Kami mulai memasak bersama dan berbagi cerita, tak lama ketika
kami bercerita, datanglah teman Koki yang bernama Yuki Kun, seorang anak SMA
yang sejak kecil berteman dengan Koki. Dia mengantarkan ubi rebus yang dibuat
mamanya. Tak selang beberapa lama, datanglah mama Yuki Kun, kamipun layaknya
keluarga yang saling bercerita, walaupun kami sedikit kagok, dikarenakan mereka
tidak begitu lihai berbahasa ingris, tapi terkadang kami menggunakan kata-kata
yang ringan saja. Kamipun makan malam bersama, malam ini kami makan daging
bakar, daging yang langsung di letakkan ke tempat pembakaran, dan apabila ingin
memakannya, langsung memakai sumpit masing-masing. Ini adalah kali pertama saya
melakukannya, menimbang selama ini saya hanya melihatnya ditelevisi.
Selesai makan, kamipun saling bercerita, tak lupa
kesukaan kami untuk berfoto. Kedua keluarga ini sudah sangat dekat, dikarenakan
mereka sudah lama bertetangga. Rumah Yuki Kun masih di apartemen yang sama,
melainkan lantai yang berbeda. Disinilah kami saling berbagi akun Facebook,
Line, Twitter, dan lain sebagainya. Mamapun langsung membuat Facebook demi
kami, tak lupa, mama memasukkan foto lebih dari 200 foto sekaligus, sungguh
mama yang penyabar. Haha
Tak dirasa, ternyata malampun telah larut, jam sudah
menunjukkan jam 11 malam. Kamipun langsung menuju kamar masing-masing dan mulai
istirahat. Dan dipagi harinya, Saya dan mbak Devita bangun sangat cepat.
Dikarenakan kami terbiasa di hotel, yang mewajibkan untuk breakfast jam 06.30.
Jadi ketika jam 5 lewat saya sudah terbangun, shalat dan langsung mandi.
Serentak mbak Devita melajutkannya, ketika saya packing barang-barang, mbak Devita bersiap untuk mandi. Tak
berselang beberapa lama, mamapun bangun, mama menanyakan kenapa bangun terlalu
pagi dan langsung mandi, bukankah sangat dingin sekali. Tapi kami hanya bisa
membalas dengan senyum lebar. Di pagi harinya, saya dan mbak Devita telah
beres-beres pakaian, kami berencana akan bermain sepeda dengan Koki Kun da Yuki
Kun di pagi hari jam 8. Alhasil, dikala Yuki sudah datang kerumah kita,
ternyata diluar hari sedang hujan, kamipun tidak bisa keluar, hanya bisa
bermain kartu di rumah.
Permainan ini sangatlah seru, mama yang mengajarkan
kepada kami cara bermainnya, tak heran, muka kami penuh dengan kertas.
Peraturannya bagi yang kalah, akan ditempeli kertas di wajahnya. Inilah yang
membuat kami saling berlomba untuk menang. Mama berpesan kepada kami, bahwa
sebentar lagi bibi nya akan datang. Setelah selesai sarapan pagi, kamipun
kedatangan tamu, seorang bibi yang membawa kimono
dan yukata. Sontak rasa senangpun menghampiri, dimana saya sangat ingin
memakainya. Langsunglah bibi itu memakaikan yukata kepada saya, mbak Devita dan
Inpin San. Sanggat rumit pemakaiannya, bila dilihat oleh orang yang baru
pertama, tapi setelah beberapa kali dipakai, saya mengerti cara pemakaiannya.
Bibi itupun mengajarkan kepada kami cara minum ocha yang baik, cara tata krama
di Jepang, khususnya bagi wanita. Bibi mengajarkan kami cara duduk yang baik,
cara berfoto dengan anggun ketika memakai yukata, dan lain sebagainya, dan
diakhiri dengan foto-foto, sebuah kegiatan rutin kami yang dipelopori oleh mama.
Sungguh mama yang meremaja sekali, hahahaa…
Setelah menjelang siang, kamipun diajak mama untuk
makan siang diluar tak heran, Mama mengijinkan kami untuk memakai yukata ini
sampai di hotel nanti. Ketika makan siangpun kami memakainya, kami berjalan ke restoran
depan rumah dengan memakai yukata ini, sontak orang pada melihat ke arah kami
berdua. Awalnya kami diajak mama untuk makan ramen, setelah lama antri, saya
menanyakan kepada mama apakah ramen ini mengandung babi atau minyak babi, baru
mama kaget, mama lupa akan ini, ada minyak babi di dalam ramen ini. Sontak kami
membatalkan waitingnya dan memilih
untuk berpindah. Restoran yang banyak memproduksi Ayamlah yang kami kunjungi
berikutnya. Mama berkata, disini halal. Semua masakannya pun dari daging ayam.
Banyak para pelancong datang ke restoran ini, mereka juga terkesima melihat
kami memakai baju khas Jepang.
Sepulang dari restoran, kamipun bermain sebentar di
bawah rumah, ada sebuah taman kecil di bawah apartemen mama, kami main ayunan
bersama mama, layaknya mama dan anak, kamipun sangat sayang sama mama Meiya.
Tak disangka, kami bermain ayunan menggunakan Yukata, sungguh pengalaman yang
unik, kami hanya berfikir, kapan lagi seperti ini.
Siang harinya, kami masuk ke rumah dan langsung makan ice cream . Sontak kami mulai bercerita
kembali. Saya teringat akan piano di ruang keluarga. Saya menyuruh Koki agar
memainkannya, dikarenakan ia sedang marahan dengan mamanya, dia menolak
permintaan saya. Inpinpun yang memainkannya untuk saya, walaupun inpin tidak begitu
pintar bermain katanya. Saya mengacungi cempol dengan permainannya, dikarenakan
saya tidak bisa bermain piano, saya hanya bisa mengambil andil untuk bernyanyi
saja. All of me dari Jhon Legend, adalah lagu favorit saya. Mama pun
mendengarkan saya bernyanyi, sontak mama langsung tertarik dengan lagu itu, dan
meminta saya untuk mendownloadkan lagu itu untuknya.
Koki kun sangat mahir dalam berenang, tak jarang, ia
sering mengikuti kejuaraan renang, andil seorang mama juga sangat penting,
dimana mama Meiya tidak membatasi anaknya untuk apa. Mama rela menjemput antar
anaknya untuk les, demi kesuksesan anaknya. Sungguh mama yang luar biasa.
Disela waktu perpisahan, saya dan mbak Devita dituntut
untuk kembali ke hotel pada
pukul 16.00 tapi enggan rasanya untuk
kembali, keluarga ini sudah menjadi begitu dekat dengan kami. Mamapun sudah
menganggap kami sebagai anaknya sendiri. Sayapun memberikan mama sebuah
selendang khas Indonesia, yang mana bisa mama pakai bergantian dengan Inpin,
karena khusus bagi wanita. Mbak Devitapun memberikan Koki spanduk dari delegasi
Forkomkasi, yang mana langsung di tempel di kamar Koki sebagai wallpapernya. Sungguh sangat sedih akan
perpisahan. Enggan rasanya mengeluarkan air mata ini, dikarenakan tidak mau
membuat mama bersedih. Tapi hanya bisa disimpan saja. Mamapun mengantarkan kami
pulang ke Hotel Castle. Ketika di Castle Hotel, kamipun disambut oleh Erika dan
Emi San, Mereka sangat bangga, ketika kami memakai yukata sampai ke Hotel. Tak jarang,
teman-teman kami ingin berfoto bersama. Sayapun mengajak mama ke kamar untuk melepaskan yukata ini. Teman sekamar
saya Widha juga ingin memakainya, alhasil mamapun memakaikannya. Betapa
bahagianya melihat mama senang dengan teman-teman saya.
Tak berselang waktu yang lama, mama harus pergi ke
tokonya, saya mengantarkan mama dan Inpin San ke lobby hotel, kamipun menunggu
Koki kun dan Yuki kun untuk kebawah, dimana mereka diajak mbak Devita untuk
jalan-jalan. Berselang beberapa waktu, mama tidak bisa menunggu Koki dan Yuki,
mama duluan untuk berpamitan, rasa harupun datang menghampiri, dikala saya
sudah nyaman dengan mama asuh, dan harus dipisahkan lagi, kenapa waktu di
homestay sangatlah cepat, kenapa tidak seminggu atau mungkin hanya 5 hari. Tapi
saya sangat menyadari bahwa ini adalah pengalaman yang terbaik bagi saya.
Berpisah dengan mama Meiya, mungkin mengharukan. Tapi mama sudah bilang, jika
kamu datang ke Jepang lagi, jangan lupa untuk mampir ke rumahnya, dan saya juga
menyambutnya, jika mama pergi ke Indonesia, jangan lupa mengabari saya.
Tinggallah saya dan Inpin san di lobby, kami menunggu
mbak Devita dan dua adik lainnya. Sayapun mulai bercerita dengan Inpin mengenai
kuliah dia dan keinginan dia untuk menikah, dikarenakan umurnya yang sudah mendekati
24 tahun. Seketika itu, datanglah mereka dari lift. Kami sedikit berbagi
pertanyaan ringan mengenai kemana saja ketika bepergian. Nah disinilah kami
harus berpisah. Salah perpisahan terakhir bagi Inpin San, Koki kun dan Yuki
kun, satu pesan saya kepada Koki untuk terakhir kalinya. “Koki kun, kamu memiliki mama satu-satunya, dan kamu juga memiliki
kakak satu-satunya, jadi jangan pernah membuat mama kecewa bahkan marah, jika
kamu kehilangan mama, kamu akan tinggal berdua saja dengan Inpin, jadi jangan
pernah kecewain mama, mama yang banting tulang demi menyekolahkan dan
menghidupi kamu. Sayangi mama, jangan pernah biarkan air mata mengalir dari
pipi mama. Oke. Kamu harus bangga punya mama yang sangat luar biasa seperti
mama Meiya. Saya yakin, kamu bisa membahagiakan mama suatu saat nanti”.
Mendengar nasehat saya, ia mulai menganggukkan
kepalanya. Mencoba merenungkan apa maksud perkataan saya. Dan kamipun mulai
berpamitan satu sama lain. Saya hanya bisa mengantarkan mereka sampai pintu
hotel, dan hanya bisa melambaikan tangan untuk perpisahan. Sehilangnya raga
mereka, saya dan mbak Devita langsung menuju kamar masing-masing dan
melanjutkan bercerita dengan teman sekamar.
Sekembali ke kamar masing-masing, kamipun beristirahat
sambil menghabiskan waktu disore hari. Kamipun diharapkan untuk berkumpul untuk
makan malam pada pukul 18.30.
Keesokan harinya, tepat pada tanggal 23 juni 2014.
Kami akan melanjutkan ke kegiatan berikutnya. Seperti biasa kami berkumpul di
restoran di Hotel Castle pada pukul 06.30 untuk breakfast dan berkumpul di
lobby hotel dengan memakai pakaian adat masing-masing pada pukul 08.45.
Dikarenakan kami akan perform di
kampus tujuan kami, semalam, kami melakukan latihan khusus grup Yamagata, dan
tak jarang, restoran hotelpun menjadi tempat kami untuk latihan, dikarenakan
disanalah kami bisa menggunakan tempat yang besar. Sehabis makan malam,
mulailah kami berlatih.
Setelah berkumpul di lobby, kamipun saling menghitung
kelompok masing-masing, dan sampailah pada saat yang ditunggu, tepat pada pukul
09.30 kami sampai di Tohoku University
of Art and Design. Dan disinilah kami mulai menambah pengetahuan mengenai
wilayah kampus di Yamagata. Kampus yang megah, gagah dan bersih. Terletak di
pegunungan, ini menjadikan kampus ini memiliki pemandangan yang sanggat indah.
Dimana apabila kita di gedung paling tinggi, kita bisa melihat sunset pada sore
harinya. Grup Yamagata disambut hangat oleh para mahasiswa Tohoku University of
Art and Design. Mereka memperkenalkan akan Japanese Drum Experience. Kami juga
diajarkan cara bermain Drum ala Jepang. Kami sangat antusias belajar sesuatu
hal yang baru. Setelah sibuk berlatih, kamipun bergantian, giliran penampilan
dari Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung. Kami menampilkan
dalang, nyinden, Tari Indang dari Sumatera Barat, dan Tari Jaepong dari Sunda.
Setelah penampilan, kami berfoto bersama. Sangat menyenangkan rasanya memiliki
teman baru, dan saling bertegur sapa.
Foto : kegiatan saling bertukar budaya dan diakhiri
dengan foto bersama bersama mahasiswa Tohoku University of Art and Design
Waktu makan siangpun datang, kami makan di kantin
kampus Tohoku University of Art and Design. Makanan yang disajikanpun sesuai
dengan apa yang kami inginkan, sangat sama dengan selera orang Indonesia. Kamipun
diajarkan, sehabis makan, meletakkan piring di tempat cuci piring, dan berbaris
dengan rapi. Berbanding terbalik dengan Food Courd Indonesia, yang sehabis
makan, langsung pergi dan tinggal dibersihkan oleh para pembersihnya.
Foto : Para Yamagata Team berfoto bersama ketika akan
pulang dari kunjungan ke Tohoku University of Art and Design. Tampak senyum lebar
dibibir kami, ketika bersama rekan-rekan baru.
Sehabis Lunch dan
cerita bersama, kamipun melanjutkan kegiatan ke Tohoku Bunkyu College. Disana kami sudah disambut oleh
mahasiswanya, yang sangatlah ramah. Kami saling berganti bahasa, dimana kami
bertukar bahasa disana. Orang Indonesia tidak boleh menggunakan bahasa
Indonesia, melainkan harus berbahasa Jepang. Sedangkan mahasiswa Jepang harus
berbicara menggunakan bahasa Indonesia. Melalui sebuah game, cairlah suasana diruangan tersebut. Kami saling mengenal satu
sama lain. Kami juga menampilkan perform dihadapan mereka. Dan merekapun sangan
antusias melihatnya. Tak jarang ketika kami menarikan Tari Indang. Mereka
menirukannya bersama-sama. Mereka sangat ingin belajar tari Indonesia.
Kegiatanpun masih berlanjut, dikala hari itu adalah
hari terakhir kami di Yamagata, kegiatanpun padat merayap. Dari pagi hingga
sorenya, kami selalu perform dan mengunjungi tempat-tempat yang ditawarkan di schedule kegiatan. Yamagata Prefectural Government adalah tujuan kami kali ini. Ketika
dikejauhan mata kami sudah dibuat terkagum, dimana terpajang bendera Indonesia
dan Jepang berdampingan berkibar dilangit yang indah di sore itu.
Foto : kemesraan antara bendera Indonesia bersanding
dengan bendera Jepang. Dilihat dari gedung pemerintah Yamagata.
Tepat pada
pukul 16.00 kami sampai di gedung pemerintahan tersebut. Kami disambut sangat hangat oleh pemerintah Yamagata.
Disana juga kami ditawarkan untuk memakai pin Cherry khas dari Yamagata. Karena
Yamagata terkenal dengan kota penghasil cherry di Jepang. Disana kami mulai
berdiskusi dengan pemerintah sana. Tanya jawabpun dimulai dari kami yang sangat
antusias dengan Jepang khususnya Yamagata. Waktupun harus memisahkan, dimana
masih banyak yang ingin mengajukan pertanyaan, tapi waktu sudah menunjukkan
pukul 17.00 dan kamipun harus pulang kembali ke Castle Hotel.
Foto : Kami berfoto bersama didepan gedung pemerintahan
Yamagata.
Diperjalanan pulang, kami menyempatkan diri untuk
berbelanja di Daiso. Sebuah tempat
belanja yang serba 100 Yen. Kamipun langsung mencari apa oleh-oleh yang akan
dibawa ke Indonesia nanti, untuk keluarga disana. Daiso sanggat recommended untuk para pelancong yang
ingin membeli oleh-oleh dengan harga yang terjangkau. Setelah disibukkan dengan
berbelanja. Kamipun diarahkan kembali kedalam bis, untuk melanjutkan
perjalanan. kami merasa sedih, dikarenakan ini adalah detik-detik terakhir kami
di Yamagata. Sungguh kota yang membuat decak kagum akan semua keunikannya.
Sungguh pengalaman yang tak akan pernah terlupakan. Sesampai kami di hotel,
kami langsung disambut dengan senyuman hangat para pelayan hotel. Rasa penat
yang ada, tidak terasa sama sekali, Karena kami berencana menghabiskan malam
nanti untuk berkeliling jalan-jalan mengitari Yamagata diwaktu malam. Setelah
melakukan kegiatan rutin yakni Dinner di hotel. Kamipun langsung menghabiskan
hari dengan jalan-jalan malam di
Yamagata. Sungguh kami menyesali, kenapa harus sebentar di Jepang, kenapa
programnya tidak dilakukan selama sebulan?
Keesokan harinya tertanggal 24 juni 2014. Kami
langsung dibangunkan dengan tuntutan breakfast di pagi hari. Kamipun sangat
antusias, dimana ini adalah hari terakhir kami di Hotel Castle, terakhir di
Yamagata, dan terakhir untuk breakfast di hotel ini. Sehabis sarapan pagi, kami
dikasih komando oleh coordinator untuk berkumpul di lobby hotel pada pukul
08.00 dikarenakan akan melakukan perjalanan berikutnya. Dan coordinator
menyarankan untuk segera mengumpulkan bagasi ke lobby, agar sudah langsung bisa
meninggalkan hotel. Kami memiliki schedule berikutnya ke Zao Mountain Range, tapi dikarenakan hari hujan, dan suasana di Zao
sudah gelap, jadi kegiatan ke Zao dibatalkan dan digantikan dengan kegiatan
lainnnya. Yakninya ke Musium Pendidikan
di Yamagata. Bangunannya yang sangat megah, membuat kami berdecak kagum,
bangunan yang bercorak western ini, tidak mencerminkan Jepang. Bangunan yang
ditampilkan lebih kepada bangunan barat yang megah. Disini kami mendapatkan
ilmu mengenai masa bermulanya sekolah di Jepang khususnya Yamagata. Musium ini
awalnya adalah sekolah pertama di sana, dan lama kelamaan di buatlah menjadi
sebuah museum pendidikan di Yamagata. Kami juga melihat patung-patung yang
menyerupai asli, kondisi kelas pada saat zaman dahulu kala. Melihat
perkembangan seragam dari zaman siswa memakai kimono untuk bersekolah, dan lama
kelamaan sudah berubah menjadi seragam, dan lain sebagainya.
Foto : patung peragaan di museum pendidikan yang
menyerupai asli. Dimana pada masa dahulu pelajar bersekolah menggunakan kimono.
Selanjutnya
perjalanan kami dilanjutkan kesebuah museum. Dikarenakan tidak ada didalam
randown acara, jadi saya lupa akan nama museum ini, museum ini sangatlah bagus,
dengan berbagai keunikannya, letaknya yang berada diatas bukit, membuat museum
ini terlihat dari arah manapun yang tidak jauh dari tempatnya. Begitupula
sebaliknya, dari atas museum, kita juga dapat melihat berbagai pemandangan yang
sangat bagus, dan membuat kami bahagia bila berada disana. Musium ini berbeda
dengan museum pendidikan, yang mana desain bangunannya melambangkan jepang
secara keseluruhan.
Foto : saya berada didepan pintu masuk musim dan
memegang brosur tentang musim dan isinya.
Disana
kamipun merasakan hot spring, yang mana merendam kaki di air panas, dan
menikmati keindahan tempat disana. Tak sungkan Mr.XX
membelikan kami semua ice cream. Sungguh
papa yang baik, ia berjanji akan memberikan kami CD yang berisikan foto-foto
kami semasa berkegiatan di Yamagata. Sungguh pendamping Yamagata yang sanggat
kami sayangi.
Tak
berjalan beberapa lama, waktunya kami untuk kembali ke bis dan melanjutkan
kegiatan untuk pulang ke Tokyo. Sungguh Yamagata sangat recommended untuk dikunjungi. Kamipun harus kembali ke Tokyo hari
itu juga. Ketika jadwal keberangkatan Shinkansen kami pada pukul 12.08..
Foto : Kereta api terepat di dunia, Shinkansen namanya.
Sangat beruntung kami telah menaikinya
Kamipun
tidak melupakan untuk berfoto bersama sebelum kami pergi, sungguh mengharukan
harus meninggalkan kota Yamagata, banyak sekali kenangan yang kami ukir di kota
ini. Saya harus meninggalkan mama Meiya yang sudah saya anggap mama sendiri,
walaupun berat tapi saya yakin, suatu saat nanti, saya akan kembali ke Jepang
lagi. Entah untuk kegiatan apa, tapi saya yakin kelak saya akan kembali lagi.
Diperjalanan
pun, kami habiskan dengan saling canda bersama rekan Yamagata. Dikereta, kami
saling berbagi cerita dengan teman sebangku, dan sesekali melihat pemandangan
luar yang sanggat mengagumkan. Tak heran, waktu makan siangpun kami habiskan
didalam kereta. Dan sesampai kami di Tokyo. Pada pukul 14.48 kami langsung
disambut oleh bis yang selalu mengantar kami ketika di Tokyo. Disini kami mulai
dipamerkan kembali dengan keindahan Tokyo yang menawan. Rombongan kami ,Yamagata
Team, langsung diantar ke Olympic Center,
dimana kami sudah ditunggu oleh JOCA dan kelompok dari Nigata. Mulailah
Reporting Session oleh masing-masing kelompok. Saya yang termasuk dalam
kelompok Shinkansen, yang beranggotakan Uga, Rhea, Iqbal, Lena,dan Arif. Kami
berenam memutuskan untuk memilih Lena yang akan mewakili Shinkansen untuk
Reporting. Kami sanggat antusias mendukung penampilan Yamagata Team, dan
Shinkansen pada khususnya.
Reporting
session pun berakhir, kami dipotong oleh waktu, Kamipun bergegas untuk ke
ruangan makan, dan bersiap untuk santap malam bersama. Kamipun saling bertukar
cerita dengan team dari Nigata, karena notabennya di grup Nigata adalah kakak
tingkat dari saya. Grup Nigata kebanyakan dari angkatan 2011 dan 2010. Saling
berbagi ceritapun kami mulai, mulai dari perjalanan sampai dengan homestay yang
paling ditunggu. Sungguh pengalaman yang
tidak dapat kami lupakan.
Sehabis
dinner, kamipun bergabung untuk perform
bersama, perwakilan dari STKS Bandung tercinta. Kamipun menampilkan
pertunjukan nusantara. Yakninya diawali oleh Sinden, Dalang, permainan music
karinding (sunda) dan dilanjutkan oleh penampilan Tari Indang dari Sumatera
Barat, serta terakhir kami mempersembahkan tari Jaepong dari Sunda. Ketika kami
menari Tari Indang, semua partisipan sangat antusis, dilihat dari rekan-rekan
dari Papua yang ikut bergabung, dan tak lupa para coordinator serta translator
kami yang berasal dari Jepangpun ikut menari bersama. Dilihat dari tariannya
yang mudah untuk diikuti, merekapun senang bila menari bersama. Sungguh acara
menyenangkan, dikala kami perform dimuka umum, outdoor dan dilihat oleh
orang-orang yang berlalu lalang di Olimpic Center. Sungguh pengalaman yang unik
dan berkesan, terkhusus bagi kami Delegasi Indonesia.
Koordinator kami langsung mengarahkan untuk
segera ke bis, karena waktu sudah menunjukkan untuk jam tiba di hotel. Tak
bosan Erika San, dan Emi san untuk menyuruh kami, “cepat-cepat” dengan logat
jepangnya. Tapi walaupun kami sering terlambat dalam mengerjakan sesuatu,
dikarenakan sibuk berfoto, mereka tidak pernah mengeluh maupun marah kepada
kami. Sungguh dua orang ini sangat kami sayangi, terkhusus untuk Yamagata Team.
Sampailah
kami di Shinjuku Washington Hotel
kembali, hotel yang kembali asing, dikarenakan telah nyaman di Yamagata.
Kamipun langsung membiasakan diri kembali dengan SH Hotel ini. Tak lupa kami
langsung mengambil Koper masing-masing yang dititipkan ke lobby hotel. Kamipun
langsung mengatur rencana untuk jalan-jalan keluar hotel pada malam hariny,
dikarenakan ini adalah malam terakhir kami di Tokyo. Setelah meletakkan koper,
tanpa dudukpun, kami langsung mengunci pintu kamar dan bersiap-siap untuk
menjelajahi Tokyo dimalam hari.
Suasana
Tokyo dimalam haripun sanggatlah
luar biasa. Dimana kami menjelajah walaupun tidak tau arah jalan. Sesekalipun
kami bertanya pada orang, walaupun mereka kurang menggunakan bahasa Ingris
dikehidupannya, tapi mereka juga berusaha untuk membantu kami, dengan mencari
di Google, apa yang kami katakana. Tapi
disanalah keasyikannya. Dimana kami sering bertanya, dan berkeliling
tempat-tempat yang baru dan ramai pengunjungnya. Stasiun TV ramai dikunjungi, kamipun
tiba-tiba tersesat, dan sampai disana, kami mengikuti keramaian orang dan
sampai di stasiun TV. Tak lama, kami langsung mencoba jalan yang baru, sungguh
pengalaman berjalan di samping ribuan orang yang sibuk akan kesibukannya
masing-masing. Saya juga melihat disudut
sebuah bangunan, ada sekumpulan para pemuda yang berlatih dance. Sayapun duduk
memperhatikannya, dan melihat mereka berlatih. Dan jam telah menunjukkan pukul
22.00 saya langsung bergegas menuju ke hotel dan beristirahat karena keeseokan
harinya akan pulang ke tanah air.
Keesokan
harinya kami kembali ke tanah air dengan selamat, banyak pengalaman yang kami
ambil disana, baik dari segi ilmu yang kami adop dari Jepang, baik tentang
lingkungannya yang sangat mengejutkan akan tata kota dan udara yang bersihnya.
Bahkan tentang sosialnya yang kami garis bawahi disini.
Pengalaman
untuk jalan-jalan adalah pengalaman saya, tapi ilmu yang saya dapat disana
adalah ilmu untuk bersama, saya senang jika saya bisa berbagi ilmu dengan orang
lain. Saya senang untuk sukses bersama.
Banyak
orang berfikiran, untuk keluar negeri harus membutuhkan uang yang banyak, harus
ikut les bahasa yang mahal. Semuanya saya jawab dan saya bantah dengan kata
TIDAK. Saya buktinya, saya berasal dari keluarga yang sederhana. Papa saya
adalah seorang wiraswasta kecil dan mama saya adalah ibu rumah tangga. Saya
tidak mengikuti les bahasa yang mahal, tapi papa saya mengajarkan kepada saya untuk
mandiri, dan berusaha gigih akan cita-cita kita, dengan belajar autodidak saja,
bisa. Kenapa harus membayar mahal. Intinya adalah niatan kita. Saya keluar
negeri tidak mengeluarkan biaya yang mahal, karena itulah gunanya kita punya
relasi, cari dan giat menemukan sponsor akan hal itu. Saya menjadi seperti ini
dikarenakan saya tau akan susahnya orang tua saya bekerja, banting tulang demi
saya dan keluarga, saya tidak berasal dari keluarga kaya, dan ini lah yang
membuat saya, tidak mau membuat susah orang tua saya. Selagi otak masih bisa
digunakan, kenapa tidak? Jangan memberatkan orang lain akan kesuksesan kita,
tapi buatlah orang lain bangga dan senang akan jalan yang kita pilih untuk
sukses.
Banyak orang berfikiran, untuk
keluar negeri harus membutuhkan uang yang banyak, harus ikut les bahasa yang
mahal. Semuanya saya jawab dan saya bantah dengan kata TIDAK. Saya buktinya,
saya berasal dari keluarga yang sederhana. Papa saya adalah seorang wiraswasta
kecil dan mama saya adalah ibu rumah tangga. Saya tidak mengikuti les bahasa
yang mahal, tapi papa saya mengajarkan kepada saya untuk mandiri, dan berusaha
gigih akan cita-cita kita, dengan belajar autodidak saja, bisa. Kenapa harus
membayar mahal. Intinya adalah niatan kita. Saya keluar negeri tidak mengeluarkan
biaya yang mahal, karena itulah gunanya kita punya relasi, cari dan giat
menemukan sponsor akan hal itu. Saya menjadi seperti ini dikarenakan saya tau
akan susahnya orang tua saya bekerja, banting tulang demi saya dan keluarga,
saya tidak berasal dari keluarga kaya, dan ini lah yang membuat saya, tidak mau
membuat susah orang tua saya. Selagi otak masih bisa digunakan, kenapa tidak?
Jangan memberatkan orang lain akan kesuksesan kita, tapi buatlah orang lain
bangga dan senang akan jalan yang kita pilih untuk sukses.
“ Jangan
pernah takut untuk dicemoohkan, jangan pernah takut untuk ditertawakan, tapi
ambil sisi positifnya, ketika kita dicemoohkan, berarti kita diperhatikan oleh
orang lain, dan ketikan kita ditertawakan, ketika itulah mereka takut akan
kemampuan kita”
“ Success in
your hand, success in your way”
“ Jangan
pernah takut untuk berbeda, jangan pernah takut untuk terbalik, karena mana tau
dengan terbalik, itulah jalan kesuksesan anda “