Minggu, 02 November 2014

Japan, adalah estinasi ketiga, ketika saya mengagumi indahnya Luar Negeri. Student Exchange in Japan

JENESYS 2.0 PROGRAM (Japan-East Asia Network of Exchange for Students and Youths) di Jepang
17 – 25 Juni 2014
 Part 1

Tak bosan dengan itu saja, pada bulan juni 2014, saya berkesempatan mengikuti kegiatan JENESYS 2.0 ke Jepang. Kegiatan ini di selenggarai oleh pemerintah Jepang, atas JOCA ( Japan Overseas Cooperative Association). JENESYS 2.0 Program itulah nama kegiatanannya. Japan-East Asia Network of Exchange for Students and Youths (JENESYS) ini biasa dilakukan pemerintah Jepang, kepada para pemuda- pemudi Negara lain, khususnya ASEAN Member States, Australia, New Zealand, India dan Timor Leste. Dalam hal ini pemerintah Jepang memiliki anggaran untuk pertukaran mahasiswa, yang mana mereka bisa mengadop budaya dan kecanggihan teknologi Jepang. Tapi Jepang tidak mau memberikan bantuan berupa uang, melainkan jasa yang sanggat luar bisa. Jasa inilah yang kami rasakan sebagai perwakilan Indonesia. Perjalanan kami mulai pada tanggal 17 Juni 2014, ketika itu kita perwakilan STKS Bandung sebanyak 42 orang, melakukan perjalanan dari Bandung pada pukul 11.00 wib. Kami dilepas langsung oleh ibu Ketua STKS, ibu Dr. Kanya Eka Santi, MSW. Perjalanpun berlangsung sangat menyenangkan, mengingat tingkat antusias para peserta sangat tinggi.
Dan pada pukul 15.00 wib sampailah kami di Bandara Soekarno Hatta. Kami langsng menuju terminal 2D yang mana akan menerbangkan kami ke Jepang nanti, sungguh kami sangat bahagia, dikarenakan banyak peserta yang merasakan ini adalah pengalaman pertamanya keluar negeri. Pada pukul 17.00 wib kami berkumpul bersama, yakninya semua delegasi baik dari STKS Bandung, sebanyak 41 orang, dari Universitas Indonesia 2 orang, dari Universitas Gajah Mada 1 orang, dan dari Universitas Cendrawasih ada 10 orang. Total delegasi Indonesia sebanyak 54 orang. Disini kami saling mengenal satu sama lain, yang mana akan menjadi keluarga kecil kami, dari Indonesia. Kami saling berkenalan dengan 2 orang supervisor dari Kementerian Sosial. Ibu yang akan menjaga kami selama di Jepang.
Tepat pada pukul 21.55 wib , kami terbang dengan gagahnya dengan maskapai Japan Airlines. Kami ditakjubkan dengan pesawatnya yang megah, pelayanannnya yang ramah dan teknologinya yang canggih. Walaupun duduk lama di pesawat berjam-jam, tak menyurutkan rasa bahagia kami. Dan tak dirasa pun, kurang lebih 8 jam kami duduk disana, tak disangka-sangka, telinga kami mendengarkan perkataan pilot pesawat, bahwa beberapa menit lagi kami akan landing. Sontak rona bahagia terpancar dari muka-muka bangun tidur. Kami langsung melihat kearah jendela pesawat, dan  mulai menyadari, Inilah Jepang, Kami dating.
Dan waktu Jepang pun menunjukkan pukul 07.25. Pada tanggal 18 juni 2014, kami menginjakkan kaki di Narita Airport J Sunggu menakjubkan, dan tak bosannya kata “Subhanallah” terlontar dimulut saya, sembari kami disambut oleh para coordinator masing-masing grup. Dan pembagian grup pun dimulai. Saya dan ke 22 orang lainnya terpilih masuk grup YAMAGATA. Kami memiliki seorang coordinator yang bernama Erika Atarashi. Kami memanggilnya Erika San. Orangnya yang ramah, membuat kami betah dengannya. Perjalanan ke Olympic Centerpun terasa menyenangkan karena kekaguman kami melihat kiri dan kanan bus. Sungguh Negara yang Luar Biasa.
Pada pukul 10.30 waktu Jepang. Sampailah kami di Olympic Center. Sebuah gelanggang pemuda yang tak pernah sepi pengunjungnya. Kami langsung diarahkan ke tempat pertemuan yang mana akan membuka perjalanan kami selama di Jepang. Tak disangka jam 12.30 pun dating, karena orang Jepang sangat Ontime, walaupun sesi pertayaan belum selesai, tetap harus diakhiri mengingat waktu sangat berharga bagi mereka. Jam makan siangpun dating, kami langsung diarahkan ke kantin di Olimpic Center. Betapa sangat tertatanya tempat itu, sangat rapi dan tidak gaduh. Dikarenakan mereka tidak begitu senang jika berbicara di tempat umum. Saya mulai tersadarkan dengan etika dalam makan, bagi orang Jepang, sebelum makan harus mengucapkan “itadakimasu” dan sesudah makan mengucapkan “gochisu samadesita” . Itu merupakan kebiasaan masyarakat Jepang. Sekali lagi kami dikejutkan dengan kerapian orang Jepang, setelah makan di Food Courtnya, biasanya kita langsung pergi dan tetap meninggalkan piring di meja, tapi berbanding terbalik dengan orang Jepang. Sehabis makan mereka berjalan rapi ke tempat cuci piring, dengan terlebih dahulu memisahkan antara sendok, garpu, sumpit, dan meletakkanya ke bagian cuci piring, dan berjalan rapi lagi keluar ruangan. Sunggu perlu dan harus dicontoh bagi Indonesia.
After Lunch, kami langsung diajak istirahat di hotel. Tepat pada pukul 14.00 kami check in hotel di Shinjuku Washington Hotel, Tokyo. Saya mendapatkan teman kamar yang sanggat luar biasa, seorang kakak yang selalu membimbing dan menasehati saya jika saya salah, kak Akiko Lahitani. Sesampai di kamar, kami mulai istirahat untuk mandi dan bersih-bersih, dan mulai merapikan pakaian masing-masing. Dan kegiatanpun dilanjutkan pada pukul 15.30 untuk mengunjungi Tokyo Metropolitan Government Building Observatory. Gedung pemerintahan yang sangat megah dan keren, yang mana gedung kembar ini memiliki lantai yang luar biasa banyaknya. Dan dilantai atas gedung, kita bisa menikmati panorama Jepang yang sangat eksotis, dan bisa melihat kota Tokyo dari atas. Waktupun semakin mengejar kami, tak disangka waktu makan malam pun dating, pada pukul 17.30 kami bergegas merapat ke restoran hotel untuk dinner. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan, walaupun penat, tapi itu terbalaskan dengan keindahan Jepang yang membuat decak kagum pada pelancongnya. Sungguh Negara yang bersih dan tertata.
Dipagi hari di Kota Tokyo, mataharipun menghampiri saya dengan cepatnya, saya terbangun, matahari sudah menyambut bangun tidur saya, sontak rasa kaget mulai menghantui, dikarenakan ketakutan saya akan keterlambatan dalam mengikuti kegiatan hari ini. Setelah melihat jam di kamar. Saya menyadari, ini baru jam 05.00 pagi, dan matahari sudah tinggi saudara. Menakjubkan sekali tinggal di Negeri Matahari Terbit.
Sontak langsung mandi pagi, dikarenakan waktu breakfast hotel pada jam 06.30 . Pada hari ini tanggal 19 juni 2014, kami dihadapkan pada kegiatan yang sanggat padat, jarang waktu kami habiskan di hotel, dihotelpun hanya untuk mandi dan tidur saja. Tapi rasa penat pun serasa tak pernah menghampiri, sebanding dengan rasa penasaran saya terhadap Jepang.
Setelah sarapan pagi, kami diperintahkan untuk kumpul di Lobby hotel pada jam 09.00 dikarenakan kami akan melakukan perjalanan ke Panasonic Center Tokyo. Disinilah mata kami mulai terbuka, keistimewaan teknologi Jepang mulai dipamerkan, mulai dari Televisi, alat elektronik lainnya yang sanggat canggih, serta kecanggihan alat yang bisa mengakses game apa saja. Sungguh Jepang Negara yang kuat atas teknologinya.
Tepat pada pukul 12.30 kami mulai diarahkan untuk lunch, kami dibawa ke sebuah tempat yang sanggat unik. Sumo Restoran. Disamping restoran ini terdapat Sumo Museum , kami memilih restoran ini, dikarenakan dekat dengan tujuan kami berikutnya. Dan di restoran ini, kami mulai ditawarkan dengan makanan Jepang yang sangat beragam. Dan tak mungkin saya sebutkan satu-satu, dikarenakan mata saya langsung terperangah melihatnya, dan tak sabar ingin menyicipinya.
Setelah disibukkan dengan makan dan berfoto. Kamipun diingatkan akan Shalat Dzuhur. Tanpa berpikir panjang, kamipun Shalat disana, dan tak heran, ruangan tempat kami makan siangpun menjadi tempat Shalatnya, dikarenakan ketidak tersediaannya sebuah tempat shalat disana. Sungguh pengalaman yang tak terlupakan. Perjalanan sehabis makan siangpun dilanjutkan ke Sumo Museum. Tepat pada pukul 13.30 kami bergegas ke sana. Musium pada pesumo disana, kami dipertontonkan dengan para pesumo Jepang, dari masa ke masa, banyak wisatawan juga yang datang berkunjung, tapi tak jarang, hanya orang dewasa mendekati berumur yang sering berkunjung.
Tepat dibelakang Sumo Museum, hanya berjalan kaki beberapa menit, kamipun sampai ke tempat tujuan berikutnya, yakni Edo Tokyo Museum . Berlainan dengan Sumo Museum, Museum Edo sangat megah dan besar. Disinilah dipamerkan mulai dari sejarah transisi dari Edo ke Tokyo, gambaran kebudayaan Jepang pada masa lampau, Memperlihatkan Baju-baju tradisional Jepang, Geisha, Kaisar dan lain sebagainya, yang membuat saya kagum akan kebudayaan tradisionalnya. Sunggu tempat yang sangat megah dan luar biasa, dimana museumnya dijaga dengan apik, dan rapi. Perlu dicontoh bagi warga Indonesia, dimana nilai dan budaya tradisional kita mesti dijaga, agar tidak termakan usia, dan hilang dengan kenangan.
Perjalanan berikutnya berbeda dengan sisi tradisional Jepang. Pop Culture , ini tema untuk wisata berikutnya. Akihabara. Adalah tujuan berikutnya, Suatu tempat yang ramai akan pengunjungnya. Tempat para AKB48. Dan tempat para pelancong membuka mata untuk berbelanja. Disamping itu juga kita mengunjungi Yodobashi. Ini adalah pusat perbelanjaan di Tokyo, yang mana banyak menjual aneka elektronik dan bermacam barang belanjaan yang menarik minat untuk dibeli. Disinilah kami menikmati sore hari di kota Tokyo dan melihat bagaimana keramaian orang dengan masing-masing kesibukannya.
Mendekati jam 18.00 kamipun berkumpul, dan bersiap untuk pulang ke hotel. Dan di pukul 19.00 kami Dinner di Sinjuku Washington Hotel. Semuapun saling menceritakan akan pengalaman masing-masing, mulai dari hasil belanjaannya, orang yang ditemuinya dan cara orang Jepang melayani costumer nya.
Keesokan harinya, di tanggal 20 juni 2014, kamipun memulai hari dengan breakfast di pukul 06.30. Seperti biasa, kegiatan ini rutin bagi kami, untuk bangun di subuh hari. Pemandangan yang ditawarkan dari restoran di Shinjuku WH sangatlah luar biasa. Banyak gedung-gedung bertingkat menemani sarapan pagi kami, sungguh Negara yang bersih dan sangat damai. Sehabis sarapan pagi, kami diperintahkan untuk berkumpul di lobby pada pukul 7.40 untuk check baggage, koper kami dikumpulkan guna disimpan oleh pihak hotel, dan kami hanya membawa pakaian seperlunya ketika kami di Yamagata.
Kamipun mulai terpisah, kelompok 1 di Yamagata, dan kelompok 2 di Nagaoka. Bis kelompok 1pun mulai berjalan, Yamagata didepan mata. Bispun jalan, kamipun mulai melihat kiri dan kanan, melihat kedamaian kota Tokyo yang beberapa hari akan kami tinggalkan. Shinkansen adalah kereta yang membawa kami ke Yamagata, tak heran semua orang tau nama itu, yap, itu adalah nama kereta api tercepat di dunia. Tak disangka kami menaikinya. Kenyamanan didalamnya pun sangat dipertontonkan, dimana tidak merasa ada gonjangan apapun selama kami didalamnya. Datar layaknya kita sedang duduk di dalam rumah, sungguh teknologi yang canggih, yang harusnya bisa dicontoh oleh KAI. Dilihat dari sudut kenyamanan, orang Jepang tidak terbiasa dengan suara yang bising dan ribut, suasanya di dalam kereta pun tampak damai dan hening, kenyamanan para penumpanglah yang sangat diperhitungkan.
Melewati perjalanan 2 jam 44 menit, sampailah kami di Yamagata pada pukul 12.44. Tak lupa juga, makan siang kami di dalam kereta api, Koordinator Yamagata membagikan makanan disela kami tertidur di kereta. Kegiatan rutin kamipun tak luput, yakninya berfoto. Tak terasa pernah ke Yamagata, kalau tidak ada membawa oleh-oleh foto. Ketika keluar dari stasiun, kami disambut lagi oleh seorang bapak yang lumayan bisa berbahasa Indonesia, ialah Mr. xx. Terkadang kami juga saling melemparkan bahasa Indonesia dalam berbicara. Setelah mengenal dan saling bercerita, ternyata beliau telah beberapa kali mengunjungi Indonesia, alhasil cara berbicaranya sudah menyerupai orang Indonesia, walaupun pengucapannya berbeda, tapi niatan beliau untuk berkomunikasi dengan kita, sangat diacungi jempol.
Foto : sampailah kami para partisipan Jenesys di Stasiun Yamagata

Rasa penatpun terbayarkan dengan kegiatan Cherry Picking, dimana kita bisa memetik buah Cherry sebanyak yang kita mau, dan memakannya sebanyak yang kita bisa.  Ketika sampai di kebun cherry, kami disambut oleh anak-anak TK yang akan menjadi guide kami dalam memetik Cherry. Mereka tampak begitu lucu, ketika berbahasa Indonesia. Gurunya tak luput memberikan arahan jika mereka lupa akan sesuatu. Gamepun kita mainkan bersama. Saya memiliki little guide bernama Sakura Chan. Anak yang begitu pendiam namun cantik. Inilah sisi dimana saya harus berperan aktif, saya harus mengajaknya untuk berbicara, mengajak dia untuk mau bekerjasama dalam memetik cherry.
Foto : saya dan Sakura Chan saat makan buah Cherry yang rasanya sanggat manis.

Dan setelah mengenal, diapun terlihat hangat, mungkin tergantung bagaimana kita bisa mendekatkan diri pada anak yang baru kita kenal. Terkadang bahasa tubuh pun tak bisa dihilangkan, disaat dia berbicara bahasa Jepang, dan saya berbicara bahasa English. Tapi terkadang kami kompak dalam mengerjakan sesuatu.
 
Foto : JENESYS dan adek-adek kecil dari salah satu TK di Yamagata, yang menemani kami memetik Cherry.

Tak berjalan lama, ketika kami asik berfoto bersama, teman-teman kecil kami harus kembali ke sekolahnya karena waktu pulang telah datang, perpisahanpun datang. Sayang sekali, waktu yang singkat bisa bertemu. Kepulangan kami dari Cherry Picking pun dibuahi hasil, oleh-oleh berupa sekotak cherrypun bisa kami bawa ke Hotel. Tapi tak bisa kami bawa ke Indonesia, dikarenakan buahnya akan busuk jika berdiam lebih dari 3 hari. Tachiyagawa Recycling Center, adalah nama tempat berikutnya yang akan kami kunjungi. Yap, sesuai dengan namanya, tempat daur ulang. Kamipun sontak penasaran dengan cara Jepang dalam mendaur ulang sampah-sampahnya. Melihat kota yang sangat bersih dan begitu rapi dalam tatanan sampahnya. Tempat sampahnya pun beragam, ada yang khusus bahan yang bisa didaur ulang, ada tempat khusus bagi sisa plastic, alat pecah belah dan semacamnya. Jadi tidak dicampurkan dalam 1 wadah saja.
Foto : kegiatan peserta JENESYS 2.0 yang berfoto di depan gedung Tachiyagawa Recycling Center. Foto bersama bapak-bapak dari kantor tersebut

Mendekati pukul 18.00, kami bergegas menuju ke Hotel untuk Check in. Hotel Castle Yamagatalah tempat kami akan bermalam. Hotel yang megah, dan dihiasi dengan cermin-cermin yang unik. Membuat kami senang berada disana. Ganti Hotel, berganti pulalah teman sekamar. Widha adalah teman kamar saya yang baru, saling curhat dan saling support sama lain, kami lakukan. Terkadang kami jua saling berbagi cerita tentang kekaguman kami tentang Jepang. Dan dipukul 18.30 kami dikumpulkan di  restoran untuk dinner bersama. Malam pun terasa makin eksotis, dikala kami free time, yang mana setelah dinner kami diizinkan keluar hotel untuk jalan-jalan, dan harus kembali ke hotel pada pukul 10 malam.
Keesokan harinya, pada tanggal 21 juni 2014, seperti biasa breakfast pada pukul 06.30 . Ini hari pertama kami sarapan pagi di Yamagata, sungguh kota yang sangat damai dengan bermacam kesibukan masyarakatnya. Makanan yang beragampun disajikan di restoran, tinggal kita pilah, yang mana butaniku (pork) dan yang mana yang halal bagi kita untuk memakannya, khususnya muslim. Waktu breakfastpun habis, kami disuruh untuk berkumpul di lobby pada pukul 9.30 guna mempersiapkan diri bertemu dengan orang tua asuh, selama di homestay . Tak disangka saya mendapatkan orang tua asuh yang sanggat welcome. Saya selama di homestay bersama dengan mbak Devita Murni. Kami medapatkan mama asuh bernama Meiya Katagiri. Mama Meiya memiliki seorang anak perempuan bernama Inpin San, Inpin San sudah menamatkan bangku pendidikan universitasnya dan menjalankan bisnis mama yang berada di Plaza. Anak kedua bernama Koki Kun, Koki masih duduk dibangku SMP kelas 2. Kami saling bersalaman dengan mama asuh dan langsung diajak ke mobil untuk menuju kediaman mereka. Mama Meiya adalah seorang single parent. Kami juga enggan menanyakan mengapa, takutnya mama merasa tersinggung dengan pertanyaan kami, maka kami diam dan tidak menanyakan akan hal itu.
Sewaktu perjalanan, kami mulai bercengkrama, mama yang tidak terlalu fasih berbahasa ingris, tapi mencoba untuk berbicara dengan baik, tak jarang juga, mereka melihat google untuk mencari tau apa bahasa ingris sesuatu. Tapi bahasa paling mudah buat kami gunakan, yakninya bahasa tubuh, sontak kami sering melakukannya, mengingat saya dan mbak Devita tidak terlalu fasih dalam bahasa Jepang. Sampailah kami di sebuah pusat perbelanjaan, mama mengajak kami untuk membeli cake, ice cream, dan belanja masakan rumah, dikarenakan mama akan memasak untuk kami. Ternyata belanja bersama bisa mencairkan suasanya, yang awalnya kami agak kaku dengan Koki, ternyata setelah diajak berbicara, koki mulai terbuka.
Setelah berbelanja bersama, kamipun pulang untuk menaruh tas. Sesampai di depan rumah, kami dihadapkan pada apartemen. Mama Meiya tinggal di sebuah apartemen, disana sangat tenang, tapi jarang bertegur sapa dengan tetangga sekitar. Rumah mama terletak di lantai 4. Dan sesampai kami di rumah, kami diajarkan mama untuk bersih tangan, kumur-kumur dan minum di kran air. Sesampai dirumah kami harus mencuci tangan terlebih dahulu. Saya langsung klop dengan Koki, dikarenakan saya suka dengan anak-anak, kamipun mulai belajar bahasa ingris bersama, nyanyi bersama dan saling bercerita. Mbak Devita memilih untuk menemani mama memasak. Dan tak berselang waktu lama, mama memanggil kami untuk makan kue bersama, cake yang tadi kami beli di supermarket. Saling bercerita dan saling melempar canda, itulah yang kami lakukan, keakraban pun tumbuh diantara kami.
Waktu siangpun datang, mama mengajak kami untuk melihat tokonya. Mama memiliki toko di sebuah plaza. Sebelum itu, kami mengantar Koki untuk les piano yang tak jauh dari Castle hotel. Kamipun memarkirkan mobil dirumah saudara mama, yang tak jauh dari plaza tersebut. Ternyata di depan plaza, sedang ada Cherry Fastival. Dimana ramai orang berdatangan, banyak stand-stand berjualan disana. Mamapun membelikan kami ayam goreng, dan penjualnya pun antusias dengan kedatangan kami. Sontak rasa bahagia terpancar, ketika orang lain bahagia dengan kedatangan kita. Mama memiliki hobby yang sama dengan kita, yakninya berfoto. Waktupun kami habiskan untuk berfoto. Tak berjalan beberapa lama, kamipun bertemu dengan ibu Wulan, Erika san, dan Emi san. Mereka yang stay di hotel castle juga tak mau ketinggalan akan jalan-jalan di Yamagata. Berpisah di Cherry Fastival, kami melanjutkan perjalanan dengan mama, dan berdiam sejenak untuk menyaksikan stand mahasiswa yang sedang perform , mereka menampilkan paduan suara dan seni bermain bola Kristal. Sontak kamipun menyaksikannya, dan tak lama kemudian, kami diajak mama untuk berbelanja es. Sama halnya dengan es serut jika di Indonesia. Kamipun menikmati perjalanan kami bertiga dengan mama. Didepan kamipun terpampang megah, keramaian orang, kamipun penasaran dan menghampiri. Ternyata adegan sirkus yang dipertontonkan. Sontak teriakan histeris pada penontonya , membuat kami degdegan menunggu aksi berikutnya.
Perbedaannya dengan Indonesia, setelah aksi tersebut dimainkan, orang langsung meninggalkan tempat pertunjukan dan seketika sang sirkus menghampiri untuk minta uang tampilnya, tapi sangat berbanding terbalik dengan Jepang. Sehabis sirkus, malah penu=onton yang berlomba untuk menghantarkan uang kepada pesirkusnya. Aktor sirkusnya hanya berdiam diri dalam senyuman, masyarakat yang menonton lah yang bergerubung untuk mendatangi actor tersebut dan memberikan uang. Sungguh sanggat terbalik.
Sehabis melihat pertunjukan, kamipun diajak mama untuk masuk ke Plaza dimana Shop mama disana. Sebuah toko di lantai 2 adalah kepunyaan mama, toko perhiasan wanita, layaknya kalung mutiara, gelang dan aksesoris lainnya yang diperjualkan. Kamipun diajarkan mama cara membuat gelang mutiara tersebut. Pada awalnya mama menyuruh kami untuk mencari padu padan warna yang sesuai dengan selera masing-masing. Nah disinilah kami mulai konsentrasi, sembari kami diajarkan oleh Inpin San.  Terciptalah 3 gelang dari pemikiran saya, nah setelah ini kami diajarkan cara memasukkan mutiara kedalam benang, dan berbentuklah sebuah gelang tangan. Disinilah kami mulai konsentrasi, agar tidak ada mutiara yang terjatuh dan hilang. Sungguh perjuangan yang lumayan menguras konsentrasi, tapi mengasikkan.
Sekembali dari Plaza, kami diajak mama jalan-jalan, tapi kami memilih untuk ke Daiso, tempat dimana toserba 100 yen. Peralatan rumah tangga dan yang unik-unik dijual dengan harga yang terjangkau. Sayangnya kami tidak mendapatkan barang yang kami inginkan, dikarenakan kami pergi ke Daiso kecil di dekat rumah.

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar