JENESYS
2.0 PROGRAM (Japan-East Asia Network of Exchange for Students and Youths) di Jepang
17 – 25 Juni
2014
Part 1
Tak
bosan dengan itu saja, pada bulan juni 2014, saya berkesempatan mengikuti
kegiatan JENESYS 2.0 ke Jepang. Kegiatan ini di selenggarai oleh pemerintah
Jepang, atas JOCA ( Japan Overseas Cooperative Association). JENESYS 2.0
Program itulah nama kegiatanannya. Japan-East Asia Network of Exchange for
Students and Youths (JENESYS) ini biasa dilakukan pemerintah Jepang, kepada
para pemuda- pemudi Negara lain, khususnya ASEAN Member States, Australia, New
Zealand, India dan Timor Leste. Dalam hal ini pemerintah Jepang memiliki
anggaran untuk pertukaran mahasiswa, yang mana mereka bisa mengadop budaya dan
kecanggihan teknologi Jepang. Tapi Jepang tidak mau memberikan bantuan berupa
uang, melainkan jasa yang sanggat luar bisa. Jasa inilah yang kami rasakan
sebagai perwakilan Indonesia. Perjalanan kami mulai pada tanggal 17 Juni 2014,
ketika itu kita perwakilan STKS Bandung sebanyak 42 orang, melakukan perjalanan
dari Bandung pada pukul 11.00 wib. Kami dilepas langsung oleh ibu Ketua STKS,
ibu Dr. Kanya Eka Santi, MSW. Perjalanpun berlangsung sangat menyenangkan,
mengingat tingkat antusias para peserta sangat tinggi.
Dan
pada pukul 15.00 wib sampailah kami di Bandara Soekarno Hatta. Kami langsng
menuju terminal 2D yang mana akan menerbangkan kami ke Jepang nanti, sungguh
kami sangat bahagia, dikarenakan banyak peserta yang merasakan ini adalah
pengalaman pertamanya keluar negeri. Pada pukul 17.00 wib kami berkumpul
bersama, yakninya semua delegasi baik dari STKS Bandung, sebanyak 41 orang, dari Universitas Indonesia 2 orang, dari
Universitas Gajah Mada 1 orang, dan dari Universitas Cendrawasih ada 10 orang.
Total delegasi Indonesia sebanyak 54 orang. Disini kami saling mengenal satu
sama lain, yang mana akan menjadi keluarga kecil kami, dari Indonesia. Kami
saling berkenalan dengan 2 orang supervisor dari Kementerian Sosial. Ibu yang
akan menjaga kami selama di Jepang.
Tepat pada pukul 21.55 wib , kami terbang dengan
gagahnya dengan maskapai Japan Airlines. Kami ditakjubkan dengan pesawatnya
yang megah, pelayanannnya yang ramah dan teknologinya yang canggih. Walaupun
duduk lama di pesawat berjam-jam, tak menyurutkan rasa bahagia kami. Dan tak
dirasa pun, kurang lebih 8 jam kami duduk disana, tak disangka-sangka, telinga
kami mendengarkan perkataan pilot pesawat, bahwa beberapa menit lagi kami akan landing. Sontak rona bahagia terpancar
dari muka-muka bangun tidur. Kami langsung melihat kearah jendela pesawat,
dan mulai menyadari, Inilah Jepang, Kami
dating.
Dan waktu Jepang pun menunjukkan pukul 07.25. Pada
tanggal 18 juni 2014, kami menginjakkan kaki di Narita Airport J Sunggu menakjubkan,
dan tak bosannya kata “Subhanallah” terlontar dimulut saya, sembari kami
disambut oleh para coordinator masing-masing grup. Dan pembagian grup pun
dimulai. Saya dan ke 22 orang lainnya terpilih masuk grup YAMAGATA. Kami
memiliki seorang coordinator yang bernama Erika Atarashi. Kami memanggilnya
Erika San. Orangnya yang ramah, membuat kami betah dengannya. Perjalanan ke Olympic
Centerpun terasa menyenangkan karena kekaguman kami melihat kiri dan kanan bus.
Sungguh Negara yang Luar Biasa.
Pada pukul 10.30 waktu Jepang. Sampailah kami di Olympic Center. Sebuah gelanggang
pemuda yang tak pernah sepi pengunjungnya. Kami langsung diarahkan ke tempat
pertemuan yang mana akan membuka perjalanan kami selama di Jepang. Tak disangka
jam 12.30 pun dating, karena orang Jepang sangat Ontime, walaupun sesi
pertayaan belum selesai, tetap harus diakhiri mengingat waktu sangat berharga
bagi mereka. Jam makan siangpun dating, kami langsung diarahkan ke kantin di
Olimpic Center. Betapa sangat tertatanya tempat itu, sangat rapi dan tidak
gaduh. Dikarenakan mereka tidak begitu senang jika berbicara di tempat umum.
Saya mulai tersadarkan dengan etika dalam makan, bagi orang Jepang, sebelum
makan harus mengucapkan “itadakimasu” dan sesudah makan mengucapkan “gochisu
samadesita” . Itu merupakan kebiasaan masyarakat Jepang. Sekali lagi kami
dikejutkan dengan kerapian orang Jepang, setelah makan di Food Courtnya,
biasanya kita langsung pergi dan tetap meninggalkan piring di meja, tapi
berbanding terbalik dengan orang Jepang. Sehabis makan mereka berjalan rapi ke
tempat cuci piring, dengan terlebih dahulu memisahkan antara sendok, garpu,
sumpit, dan meletakkanya ke bagian cuci piring, dan berjalan rapi lagi keluar
ruangan. Sunggu perlu dan harus dicontoh bagi Indonesia.
After Lunch, kami langsung diajak istirahat di hotel.
Tepat pada pukul 14.00 kami check in hotel di Shinjuku Washington Hotel, Tokyo. Saya mendapatkan teman kamar yang
sanggat luar biasa, seorang kakak yang selalu membimbing dan menasehati saya
jika saya salah, kak Akiko Lahitani. Sesampai di kamar, kami mulai istirahat
untuk mandi dan bersih-bersih, dan mulai merapikan pakaian masing-masing. Dan
kegiatanpun dilanjutkan pada pukul 15.30 untuk mengunjungi Tokyo Metropolitan Government Building Observatory. Gedung
pemerintahan yang sangat megah dan keren, yang mana gedung kembar ini memiliki
lantai yang luar biasa banyaknya. Dan dilantai atas gedung, kita bisa menikmati
panorama Jepang yang sangat eksotis, dan bisa melihat kota Tokyo dari atas.
Waktupun semakin mengejar kami, tak disangka waktu makan malam pun dating, pada
pukul 17.30 kami bergegas merapat ke restoran hotel untuk dinner. Sungguh
pengalaman yang tak terlupakan, walaupun penat, tapi itu terbalaskan dengan
keindahan Jepang yang membuat decak kagum pada pelancongnya. Sungguh Negara
yang bersih dan tertata.
Dipagi hari di Kota Tokyo, mataharipun menghampiri
saya dengan cepatnya, saya terbangun, matahari sudah menyambut bangun tidur
saya, sontak rasa kaget mulai menghantui, dikarenakan ketakutan saya akan
keterlambatan dalam mengikuti kegiatan hari ini. Setelah melihat jam di kamar.
Saya menyadari, ini baru jam 05.00 pagi, dan matahari sudah tinggi saudara.
Menakjubkan sekali tinggal di Negeri Matahari Terbit.
Sontak langsung mandi pagi, dikarenakan waktu
breakfast hotel pada jam 06.30 . Pada hari ini tanggal 19 juni 2014, kami
dihadapkan pada kegiatan yang sanggat padat, jarang waktu kami habiskan di
hotel, dihotelpun hanya untuk mandi dan tidur saja. Tapi rasa penat pun serasa
tak pernah menghampiri, sebanding dengan rasa penasaran saya terhadap Jepang.
Setelah sarapan pagi, kami diperintahkan untuk kumpul
di Lobby hotel pada jam 09.00 dikarenakan kami akan melakukan perjalanan ke Panasonic Center Tokyo. Disinilah mata
kami mulai terbuka, keistimewaan teknologi Jepang mulai dipamerkan, mulai dari
Televisi, alat elektronik lainnya yang sanggat canggih, serta kecanggihan alat yang
bisa mengakses game apa saja. Sungguh Jepang Negara yang kuat atas
teknologinya.
Tepat pada pukul 12.30 kami mulai diarahkan untuk
lunch, kami dibawa ke sebuah tempat yang sanggat unik. Sumo Restoran. Disamping
restoran ini terdapat Sumo Museum ,
kami memilih restoran ini, dikarenakan dekat dengan tujuan kami berikutnya. Dan
di restoran ini, kami mulai ditawarkan dengan makanan Jepang yang sangat
beragam. Dan tak mungkin saya sebutkan satu-satu, dikarenakan mata saya langsung
terperangah melihatnya, dan tak sabar ingin menyicipinya.
Setelah disibukkan dengan makan dan berfoto. Kamipun
diingatkan akan Shalat Dzuhur. Tanpa berpikir panjang, kamipun Shalat disana,
dan tak heran, ruangan tempat kami makan siangpun menjadi tempat Shalatnya,
dikarenakan ketidak tersediaannya sebuah tempat shalat disana. Sungguh
pengalaman yang tak terlupakan. Perjalanan sehabis makan siangpun dilanjutkan
ke Sumo Museum. Tepat pada pukul
13.30 kami bergegas ke sana. Musium pada pesumo disana, kami dipertontonkan
dengan para pesumo Jepang, dari masa ke masa, banyak wisatawan juga yang datang
berkunjung, tapi tak jarang, hanya orang dewasa mendekati berumur yang sering
berkunjung.
Tepat dibelakang Sumo Museum, hanya berjalan kaki
beberapa menit, kamipun sampai ke tempat tujuan berikutnya, yakni Edo Tokyo Museum . Berlainan dengan
Sumo Museum, Museum Edo sangat megah dan besar. Disinilah dipamerkan mulai dari
sejarah transisi dari Edo ke Tokyo, gambaran kebudayaan Jepang pada masa
lampau, Memperlihatkan Baju-baju tradisional Jepang, Geisha, Kaisar dan lain
sebagainya, yang membuat saya kagum akan kebudayaan tradisionalnya. Sunggu
tempat yang sangat megah dan luar biasa, dimana museumnya dijaga dengan apik,
dan rapi. Perlu dicontoh bagi warga Indonesia, dimana nilai dan budaya
tradisional kita mesti dijaga, agar tidak termakan usia, dan hilang dengan
kenangan.
Perjalanan berikutnya berbeda dengan sisi tradisional
Jepang. Pop Culture , ini tema untuk
wisata berikutnya. Akihabara. Adalah
tujuan berikutnya, Suatu tempat yang ramai akan pengunjungnya. Tempat para
AKB48. Dan tempat para pelancong membuka mata untuk berbelanja. Disamping itu
juga kita mengunjungi Yodobashi. Ini
adalah pusat perbelanjaan di Tokyo, yang mana banyak menjual aneka elektronik
dan bermacam barang belanjaan yang menarik minat untuk dibeli. Disinilah kami
menikmati sore hari di kota Tokyo dan melihat bagaimana keramaian orang dengan
masing-masing kesibukannya.
Mendekati jam 18.00 kamipun berkumpul, dan bersiap
untuk pulang ke hotel. Dan di pukul 19.00 kami Dinner di Sinjuku Washington
Hotel. Semuapun saling menceritakan akan pengalaman masing-masing, mulai dari
hasil belanjaannya, orang yang ditemuinya dan cara orang Jepang melayani costumer nya.
Keesokan harinya, di tanggal 20 juni 2014, kamipun
memulai hari dengan breakfast di
pukul 06.30. Seperti biasa, kegiatan ini rutin bagi kami, untuk bangun di subuh
hari. Pemandangan yang ditawarkan dari restoran di Shinjuku WH sangatlah luar
biasa. Banyak gedung-gedung bertingkat menemani sarapan pagi kami, sungguh
Negara yang bersih dan sangat damai. Sehabis sarapan pagi, kami diperintahkan
untuk berkumpul di lobby pada pukul
7.40 untuk check baggage, koper kami
dikumpulkan guna disimpan oleh pihak hotel, dan kami hanya membawa pakaian
seperlunya ketika kami di Yamagata.
Kamipun mulai terpisah, kelompok 1 di Yamagata, dan
kelompok 2 di Nagaoka. Bis kelompok 1pun mulai berjalan, Yamagata didepan mata.
Bispun jalan, kamipun mulai melihat kiri dan kanan, melihat kedamaian kota
Tokyo yang beberapa hari akan kami tinggalkan. Shinkansen adalah kereta yang membawa kami ke Yamagata, tak heran
semua orang tau nama itu, yap, itu adalah nama kereta api tercepat di dunia.
Tak disangka kami menaikinya. Kenyamanan didalamnya pun sangat dipertontonkan,
dimana tidak merasa ada gonjangan apapun selama kami didalamnya. Datar layaknya
kita sedang duduk di dalam rumah, sungguh teknologi yang canggih, yang harusnya
bisa dicontoh oleh KAI. Dilihat dari sudut kenyamanan, orang Jepang tidak terbiasa
dengan suara yang bising dan ribut, suasanya di dalam kereta pun tampak damai
dan hening, kenyamanan para penumpanglah yang sangat diperhitungkan.
Melewati perjalanan 2 jam 44 menit, sampailah kami di
Yamagata pada pukul 12.44. Tak lupa juga, makan siang kami di dalam kereta api,
Koordinator Yamagata membagikan makanan disela kami tertidur di kereta. Kegiatan
rutin kamipun tak luput, yakninya berfoto. Tak terasa pernah ke Yamagata, kalau
tidak ada membawa oleh-oleh foto. Ketika keluar dari stasiun, kami disambut
lagi oleh seorang bapak yang lumayan bisa berbahasa Indonesia, ialah Mr. xx. Terkadang kami
juga saling melemparkan bahasa Indonesia dalam berbicara. Setelah mengenal dan
saling bercerita, ternyata beliau telah beberapa kali mengunjungi Indonesia,
alhasil cara berbicaranya sudah menyerupai orang Indonesia, walaupun
pengucapannya berbeda, tapi niatan beliau untuk berkomunikasi dengan kita,
sangat diacungi jempol.
Foto : sampailah kami para partisipan Jenesys di
Stasiun Yamagata
Rasa penatpun terbayarkan dengan kegiatan Cherry Picking, dimana kita bisa
memetik buah Cherry sebanyak yang kita mau, dan memakannya sebanyak yang kita
bisa. Ketika sampai di kebun cherry,
kami disambut oleh anak-anak TK yang akan menjadi guide kami dalam memetik Cherry. Mereka tampak begitu lucu, ketika
berbahasa Indonesia. Gurunya tak luput memberikan arahan jika mereka lupa akan
sesuatu. Gamepun kita mainkan bersama. Saya memiliki little guide bernama Sakura Chan. Anak yang begitu pendiam namun
cantik. Inilah sisi dimana saya harus berperan aktif, saya harus mengajaknya
untuk berbicara, mengajak dia untuk mau bekerjasama dalam memetik cherry.
Foto : saya dan Sakura Chan saat makan buah Cherry
yang rasanya sanggat manis.
Dan setelah mengenal, diapun terlihat hangat, mungkin
tergantung bagaimana kita bisa mendekatkan diri pada anak yang baru kita kenal.
Terkadang bahasa tubuh pun tak bisa dihilangkan, disaat dia berbicara bahasa
Jepang, dan saya berbicara bahasa English. Tapi terkadang kami kompak dalam
mengerjakan sesuatu.
Foto : JENESYS dan adek-adek kecil dari salah satu TK
di Yamagata, yang menemani kami memetik Cherry.
Tak berjalan lama, ketika kami asik berfoto bersama,
teman-teman kecil kami harus kembali ke sekolahnya karena waktu pulang telah
datang, perpisahanpun datang. Sayang sekali, waktu yang singkat bisa bertemu.
Kepulangan kami dari Cherry Picking pun dibuahi hasil, oleh-oleh berupa sekotak
cherrypun bisa kami bawa ke Hotel. Tapi tak bisa kami bawa ke Indonesia,
dikarenakan buahnya akan busuk jika berdiam lebih dari 3 hari. Tachiyagawa Recycling Center, adalah
nama tempat berikutnya yang akan kami kunjungi. Yap, sesuai dengan namanya,
tempat daur ulang. Kamipun sontak penasaran dengan cara Jepang dalam mendaur
ulang sampah-sampahnya. Melihat kota yang sangat bersih dan begitu rapi dalam
tatanan sampahnya. Tempat sampahnya pun beragam, ada yang khusus bahan yang
bisa didaur ulang, ada tempat khusus bagi sisa plastic, alat pecah belah dan
semacamnya. Jadi tidak dicampurkan dalam 1 wadah saja.
Foto : kegiatan peserta JENESYS 2.0 yang berfoto di
depan gedung Tachiyagawa Recycling Center.
Foto bersama bapak-bapak dari kantor tersebut
Mendekati pukul 18.00, kami bergegas menuju ke Hotel
untuk Check in. Hotel Castle Yamagatalah tempat kami akan bermalam. Hotel yang
megah, dan dihiasi dengan cermin-cermin yang unik. Membuat kami senang berada
disana. Ganti Hotel, berganti pulalah teman sekamar. Widha adalah teman kamar
saya yang baru, saling curhat dan saling support sama lain, kami lakukan.
Terkadang kami jua saling berbagi cerita tentang kekaguman kami tentang Jepang.
Dan dipukul 18.30 kami dikumpulkan di
restoran untuk dinner bersama.
Malam pun terasa makin eksotis, dikala kami free
time, yang mana setelah dinner kami diizinkan keluar hotel untuk
jalan-jalan, dan harus kembali ke hotel pada pukul 10 malam.
Keesokan harinya, pada tanggal 21 juni 2014, seperti
biasa breakfast pada pukul 06.30 . Ini hari pertama kami sarapan pagi di
Yamagata, sungguh kota yang sangat damai dengan bermacam kesibukan
masyarakatnya. Makanan yang beragampun disajikan di restoran, tinggal kita
pilah, yang mana butaniku (pork) dan yang mana yang halal bagi kita untuk
memakannya, khususnya muslim. Waktu breakfastpun habis, kami disuruh untuk
berkumpul di lobby pada pukul 9.30 guna mempersiapkan diri bertemu dengan orang
tua asuh, selama di homestay . Tak
disangka saya mendapatkan orang tua asuh yang sanggat welcome. Saya selama di homestay bersama dengan mbak Devita Murni.
Kami medapatkan mama asuh bernama Meiya Katagiri. Mama Meiya memiliki seorang
anak perempuan bernama Inpin San, Inpin San sudah menamatkan bangku pendidikan
universitasnya dan menjalankan bisnis mama yang berada di Plaza. Anak kedua
bernama Koki Kun, Koki masih duduk dibangku SMP kelas 2. Kami saling bersalaman
dengan mama asuh dan langsung diajak ke mobil untuk menuju kediaman mereka.
Mama Meiya adalah seorang single parent.
Kami juga enggan menanyakan mengapa, takutnya mama merasa tersinggung dengan
pertanyaan kami, maka kami diam dan tidak menanyakan akan hal itu.
Sewaktu perjalanan, kami mulai bercengkrama, mama yang
tidak terlalu fasih berbahasa ingris, tapi mencoba untuk berbicara dengan baik,
tak jarang juga, mereka melihat google untuk mencari tau apa bahasa ingris
sesuatu. Tapi bahasa paling mudah buat kami gunakan, yakninya bahasa tubuh,
sontak kami sering melakukannya, mengingat saya dan mbak Devita tidak terlalu
fasih dalam bahasa Jepang. Sampailah kami di sebuah pusat perbelanjaan, mama
mengajak kami untuk membeli cake, ice
cream, dan belanja masakan rumah, dikarenakan mama akan memasak untuk kami.
Ternyata belanja bersama bisa mencairkan suasanya, yang awalnya kami agak kaku
dengan Koki, ternyata setelah diajak berbicara, koki mulai terbuka.
Setelah berbelanja bersama, kamipun pulang untuk
menaruh tas. Sesampai di depan rumah, kami dihadapkan pada apartemen. Mama
Meiya tinggal di sebuah apartemen, disana sangat tenang, tapi jarang bertegur
sapa dengan tetangga sekitar. Rumah mama terletak di lantai 4. Dan sesampai
kami di rumah, kami diajarkan mama untuk bersih tangan, kumur-kumur dan minum
di kran air. Sesampai dirumah kami harus mencuci tangan terlebih dahulu. Saya
langsung klop dengan Koki, dikarenakan saya suka dengan anak-anak, kamipun mulai
belajar bahasa ingris bersama, nyanyi bersama dan saling bercerita. Mbak Devita
memilih untuk menemani mama memasak. Dan tak berselang waktu lama, mama
memanggil kami untuk makan kue bersama, cake
yang tadi kami beli di supermarket. Saling bercerita dan saling melempar
canda, itulah yang kami lakukan, keakraban pun tumbuh diantara kami.
Waktu siangpun datang, mama mengajak kami untuk
melihat tokonya. Mama memiliki toko di sebuah plaza. Sebelum itu, kami
mengantar Koki untuk les piano yang tak jauh dari Castle hotel. Kamipun
memarkirkan mobil dirumah saudara mama, yang tak jauh dari plaza tersebut.
Ternyata di depan plaza, sedang ada Cherry Fastival. Dimana ramai orang
berdatangan, banyak stand-stand berjualan disana. Mamapun membelikan kami ayam
goreng, dan penjualnya pun antusias dengan kedatangan kami. Sontak rasa bahagia
terpancar, ketika orang lain bahagia dengan kedatangan kita. Mama memiliki hobby yang sama dengan kita, yakninya
berfoto. Waktupun kami habiskan untuk berfoto. Tak berjalan beberapa lama,
kamipun bertemu dengan ibu Wulan, Erika san, dan Emi san. Mereka yang stay di
hotel castle juga tak mau ketinggalan akan jalan-jalan di Yamagata. Berpisah di
Cherry Fastival, kami melanjutkan perjalanan dengan mama, dan berdiam sejenak
untuk menyaksikan stand mahasiswa yang sedang perform , mereka menampilkan paduan suara dan seni bermain bola
Kristal. Sontak kamipun menyaksikannya, dan tak lama kemudian, kami diajak mama
untuk berbelanja es. Sama halnya dengan es serut jika di Indonesia. Kamipun
menikmati perjalanan kami bertiga dengan mama. Didepan kamipun terpampang
megah, keramaian orang, kamipun penasaran dan menghampiri. Ternyata adegan
sirkus yang dipertontonkan. Sontak teriakan histeris pada penontonya , membuat
kami degdegan menunggu aksi berikutnya.
Perbedaannya dengan Indonesia, setelah aksi tersebut
dimainkan, orang langsung meninggalkan tempat pertunjukan dan seketika sang
sirkus menghampiri untuk minta uang tampilnya, tapi sangat berbanding terbalik
dengan Jepang. Sehabis sirkus, malah penu=onton yang berlomba untuk
menghantarkan uang kepada pesirkusnya. Aktor sirkusnya hanya berdiam diri dalam
senyuman, masyarakat yang menonton lah yang bergerubung untuk mendatangi actor
tersebut dan memberikan uang. Sungguh sanggat terbalik.
Sehabis melihat pertunjukan, kamipun diajak mama untuk
masuk ke Plaza dimana Shop mama
disana. Sebuah toko di lantai 2 adalah kepunyaan mama, toko perhiasan wanita,
layaknya kalung mutiara, gelang dan aksesoris lainnya yang diperjualkan.
Kamipun diajarkan mama cara membuat gelang mutiara tersebut. Pada awalnya mama
menyuruh kami untuk mencari padu padan warna yang sesuai dengan selera
masing-masing. Nah disinilah kami mulai konsentrasi, sembari kami diajarkan
oleh Inpin San. Terciptalah 3 gelang
dari pemikiran saya, nah setelah ini kami diajarkan cara memasukkan mutiara
kedalam benang, dan berbentuklah sebuah gelang tangan. Disinilah kami mulai konsentrasi,
agar tidak ada mutiara yang terjatuh dan hilang. Sungguh perjuangan yang
lumayan menguras konsentrasi, tapi mengasikkan.
Sekembali dari Plaza, kami diajak mama jalan-jalan,
tapi kami memilih untuk ke Daiso, tempat dimana toserba 100 yen. Peralatan
rumah tangga dan yang unik-unik dijual dengan harga yang terjangkau. Sayangnya
kami tidak mendapatkan barang yang kami inginkan, dikarenakan kami pergi ke
Daiso kecil di dekat rumah.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar