Minggu, 02 November 2014

Segelintir cerita dari Negeri Sakura. Student Exchange in Japan




JENESYS 2.0 PROGRAM (Japan-East Asia Network of Exchange for Students and Youths) di Jepang
17 – 25 Juni 2014


Part 2
Sekembali ke rumah, kami sudah disambut oleh Inpin San, dia sudah pulang dari toko, teringat akan Koki Kun, saya dan Inpin pun menjemputnya di tempat les, dan tak berjalan begitu lama, sampailah kami di rumah kembali. Kami mulai memasak bersama dan berbagi cerita, tak lama ketika kami bercerita, datanglah teman Koki yang bernama Yuki Kun, seorang anak SMA yang sejak kecil berteman dengan Koki. Dia mengantarkan ubi rebus yang dibuat mamanya. Tak selang beberapa lama, datanglah mama Yuki Kun, kamipun layaknya keluarga yang saling bercerita, walaupun kami sedikit kagok, dikarenakan mereka tidak begitu lihai berbahasa ingris, tapi terkadang kami menggunakan kata-kata yang ringan saja. Kamipun makan malam bersama, malam ini kami makan daging bakar, daging yang langsung di letakkan ke tempat pembakaran, dan apabila ingin memakannya, langsung memakai sumpit masing-masing. Ini adalah kali pertama saya melakukannya, menimbang selama ini saya hanya melihatnya ditelevisi.
Selesai makan, kamipun saling bercerita, tak lupa kesukaan kami untuk berfoto. Kedua keluarga ini sudah sangat dekat, dikarenakan mereka sudah lama bertetangga. Rumah Yuki Kun masih di apartemen yang sama, melainkan lantai yang berbeda. Disinilah kami saling berbagi akun Facebook, Line, Twitter, dan lain sebagainya. Mamapun langsung membuat Facebook demi kami, tak lupa, mama memasukkan foto lebih dari 200 foto sekaligus, sungguh mama yang penyabar. Haha
Tak dirasa, ternyata malampun telah larut, jam sudah menunjukkan jam 11 malam. Kamipun langsung menuju kamar masing-masing dan mulai istirahat. Dan dipagi harinya, Saya dan mbak Devita bangun sangat cepat. Dikarenakan kami terbiasa di hotel, yang mewajibkan untuk breakfast jam 06.30. Jadi ketika jam 5 lewat saya sudah terbangun, shalat dan langsung mandi. Serentak mbak Devita melajutkannya, ketika saya packing barang-barang, mbak Devita bersiap untuk mandi. Tak berselang beberapa lama, mamapun bangun, mama menanyakan kenapa bangun terlalu pagi dan langsung mandi, bukankah sangat dingin sekali. Tapi kami hanya bisa membalas dengan senyum lebar. Di pagi harinya, saya dan mbak Devita telah beres-beres pakaian, kami berencana akan bermain sepeda dengan Koki Kun da Yuki Kun di pagi hari jam 8. Alhasil, dikala Yuki sudah datang kerumah kita, ternyata diluar hari sedang hujan, kamipun tidak bisa keluar, hanya bisa bermain kartu di rumah.
Permainan ini sangatlah seru, mama yang mengajarkan kepada kami cara bermainnya, tak heran, muka kami penuh dengan kertas. Peraturannya bagi yang kalah, akan ditempeli kertas di wajahnya. Inilah yang membuat kami saling berlomba untuk menang. Mama berpesan kepada kami, bahwa sebentar lagi bibi nya akan datang. Setelah selesai sarapan pagi, kamipun kedatangan tamu, seorang bibi yang membawa kimono dan yukata. Sontak rasa senangpun menghampiri, dimana saya sangat ingin memakainya. Langsunglah bibi itu memakaikan yukata kepada saya, mbak Devita dan Inpin San. Sanggat rumit pemakaiannya, bila dilihat oleh orang yang baru pertama, tapi setelah beberapa kali dipakai, saya mengerti cara pemakaiannya. Bibi itupun mengajarkan kepada kami cara minum ocha yang baik, cara tata krama di Jepang, khususnya bagi wanita. Bibi mengajarkan kami cara duduk yang baik, cara berfoto dengan anggun ketika memakai yukata, dan lain sebagainya, dan diakhiri dengan foto-foto, sebuah kegiatan rutin kami yang dipelopori oleh mama. Sungguh mama yang meremaja sekali, hahahaa…
Setelah menjelang siang, kamipun diajak mama untuk makan siang diluar tak heran, Mama mengijinkan kami untuk memakai yukata ini sampai di hotel nanti. Ketika makan siangpun kami memakainya, kami berjalan ke restoran depan rumah dengan memakai yukata ini, sontak orang pada melihat ke arah kami berdua. Awalnya kami diajak mama untuk makan ramen, setelah lama antri, saya menanyakan kepada mama apakah ramen ini mengandung babi atau minyak babi, baru mama kaget, mama lupa akan ini, ada minyak babi di dalam ramen ini. Sontak kami membatalkan waitingnya dan memilih untuk berpindah. Restoran yang banyak memproduksi Ayamlah yang kami kunjungi berikutnya. Mama berkata, disini halal. Semua masakannya pun dari daging ayam. Banyak para pelancong datang ke restoran ini, mereka juga terkesima melihat kami memakai baju khas Jepang.
Sepulang dari restoran, kamipun bermain sebentar di bawah rumah, ada sebuah taman kecil di bawah apartemen mama, kami main ayunan bersama mama, layaknya mama dan anak, kamipun sangat sayang sama mama Meiya. Tak disangka, kami bermain ayunan menggunakan Yukata, sungguh pengalaman yang unik, kami hanya berfikir, kapan lagi seperti ini.
Siang harinya, kami masuk ke rumah dan langsung makan ice cream . Sontak kami mulai bercerita kembali. Saya teringat akan piano di ruang keluarga. Saya menyuruh Koki agar memainkannya, dikarenakan ia sedang marahan dengan mamanya, dia menolak permintaan saya. Inpinpun yang memainkannya untuk saya, walaupun inpin tidak begitu pintar bermain katanya. Saya mengacungi cempol dengan permainannya, dikarenakan saya tidak bisa bermain piano, saya hanya bisa mengambil andil untuk bernyanyi saja. All of me dari Jhon Legend, adalah lagu favorit saya. Mama pun mendengarkan saya bernyanyi, sontak mama langsung tertarik dengan lagu itu, dan meminta saya untuk mendownloadkan lagu itu untuknya.
Koki kun sangat mahir dalam berenang, tak jarang, ia sering mengikuti kejuaraan renang, andil seorang mama juga sangat penting, dimana mama Meiya tidak membatasi anaknya untuk apa. Mama rela menjemput antar anaknya untuk les, demi kesuksesan anaknya. Sungguh mama yang luar biasa.
Disela waktu perpisahan, saya dan mbak Devita dituntut untuk kembali ke hotel pada pukul  16.00 tapi enggan rasanya untuk kembali, keluarga ini sudah menjadi begitu dekat dengan kami. Mamapun sudah menganggap kami sebagai anaknya sendiri. Sayapun memberikan mama sebuah selendang khas Indonesia, yang mana bisa mama pakai bergantian dengan Inpin, karena khusus bagi wanita. Mbak Devitapun memberikan Koki spanduk dari delegasi Forkomkasi, yang mana langsung di tempel di kamar Koki sebagai wallpapernya. Sungguh sangat sedih akan perpisahan. Enggan rasanya mengeluarkan air mata ini, dikarenakan tidak mau membuat mama bersedih. Tapi hanya bisa disimpan saja. Mamapun mengantarkan kami pulang ke Hotel Castle. Ketika di Castle Hotel, kamipun disambut oleh Erika dan Emi San, Mereka sangat bangga, ketika kami memakai yukata sampai ke Hotel. Tak jarang, teman-teman kami ingin berfoto bersama. Sayapun mengajak mama ke kamar  untuk melepaskan yukata ini. Teman sekamar saya Widha juga ingin memakainya, alhasil mamapun memakaikannya. Betapa bahagianya melihat mama senang dengan teman-teman saya.
Tak berselang waktu yang lama, mama harus pergi ke tokonya, saya mengantarkan mama dan Inpin San ke lobby hotel, kamipun menunggu Koki kun dan Yuki kun untuk kebawah, dimana mereka diajak mbak Devita untuk jalan-jalan. Berselang beberapa waktu, mama tidak bisa menunggu Koki dan Yuki, mama duluan untuk berpamitan, rasa harupun datang menghampiri, dikala saya sudah nyaman dengan mama asuh, dan harus dipisahkan lagi, kenapa waktu di homestay sangatlah cepat, kenapa tidak seminggu atau mungkin hanya 5 hari. Tapi saya sangat menyadari bahwa ini adalah pengalaman yang terbaik bagi saya. Berpisah dengan mama Meiya, mungkin mengharukan. Tapi mama sudah bilang, jika kamu datang ke Jepang lagi, jangan lupa untuk mampir ke rumahnya, dan saya juga menyambutnya, jika mama pergi ke Indonesia, jangan lupa mengabari saya.
Tinggallah saya dan Inpin san di lobby, kami menunggu mbak Devita dan dua adik lainnya. Sayapun mulai bercerita dengan Inpin mengenai kuliah dia dan keinginan dia untuk menikah, dikarenakan umurnya yang sudah mendekati 24 tahun. Seketika itu, datanglah mereka dari lift. Kami sedikit berbagi pertanyaan ringan mengenai kemana saja ketika bepergian. Nah disinilah kami harus berpisah. Salah perpisahan terakhir bagi Inpin San, Koki kun dan Yuki kun, satu pesan saya kepada Koki untuk terakhir kalinya. “Koki kun, kamu memiliki mama satu-satunya, dan kamu juga memiliki kakak satu-satunya, jadi jangan pernah membuat mama kecewa bahkan marah, jika kamu kehilangan mama, kamu akan tinggal berdua saja dengan Inpin, jadi jangan pernah kecewain mama, mama yang banting tulang demi menyekolahkan dan menghidupi kamu. Sayangi mama, jangan pernah biarkan air mata mengalir dari pipi mama. Oke. Kamu harus bangga punya mama yang sangat luar biasa seperti mama Meiya. Saya yakin, kamu bisa membahagiakan mama suatu saat nanti”.
Mendengar nasehat saya, ia mulai menganggukkan kepalanya. Mencoba merenungkan apa maksud perkataan saya. Dan kamipun mulai berpamitan satu sama lain. Saya hanya bisa mengantarkan mereka sampai pintu hotel, dan hanya bisa melambaikan tangan untuk perpisahan. Sehilangnya raga mereka, saya dan mbak Devita langsung menuju kamar masing-masing dan melanjutkan bercerita dengan teman sekamar.
Sekembali ke kamar masing-masing, kamipun beristirahat sambil menghabiskan waktu disore hari. Kamipun diharapkan untuk berkumpul untuk makan malam pada pukul 18.30.
Keesokan harinya, tepat pada tanggal 23 juni 2014. Kami akan melanjutkan ke kegiatan berikutnya. Seperti biasa kami berkumpul di restoran di Hotel Castle pada pukul 06.30 untuk breakfast dan berkumpul di lobby hotel dengan memakai pakaian adat masing-masing pada pukul 08.45. Dikarenakan kami akan perform di kampus tujuan kami, semalam, kami melakukan latihan khusus grup Yamagata, dan tak jarang, restoran hotelpun menjadi tempat kami untuk latihan, dikarenakan disanalah kami bisa menggunakan tempat yang besar. Sehabis makan malam, mulailah kami berlatih.
Setelah berkumpul di lobby, kamipun saling menghitung kelompok masing-masing, dan sampailah pada saat yang ditunggu, tepat pada pukul 09.30 kami sampai di Tohoku University of Art and Design. Dan disinilah kami mulai menambah pengetahuan mengenai wilayah kampus di Yamagata. Kampus yang megah, gagah dan bersih. Terletak di pegunungan, ini menjadikan kampus ini memiliki pemandangan yang sanggat indah. Dimana apabila kita di gedung paling tinggi, kita bisa melihat sunset pada sore harinya. Grup Yamagata disambut hangat oleh para mahasiswa Tohoku University of Art and Design. Mereka memperkenalkan akan Japanese Drum Experience. Kami juga diajarkan cara bermain Drum ala Jepang. Kami sangat antusias belajar sesuatu hal yang baru. Setelah sibuk berlatih, kamipun bergantian, giliran penampilan dari Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung. Kami menampilkan dalang, nyinden, Tari Indang dari Sumatera Barat, dan Tari Jaepong dari Sunda. Setelah penampilan, kami berfoto bersama. Sangat menyenangkan rasanya memiliki teman baru, dan saling bertegur sapa.
Foto : kegiatan saling bertukar budaya dan diakhiri dengan foto bersama bersama mahasiswa Tohoku University of Art and Design

Waktu makan siangpun datang, kami makan di kantin kampus Tohoku University of Art and Design. Makanan yang disajikanpun sesuai dengan apa yang kami inginkan, sangat sama dengan selera orang Indonesia. Kamipun diajarkan, sehabis makan, meletakkan piring di tempat cuci piring, dan berbaris dengan rapi. Berbanding terbalik dengan Food Courd Indonesia, yang sehabis makan, langsung pergi dan tinggal dibersihkan oleh para pembersihnya.
Foto : Para Yamagata Team berfoto bersama ketika akan pulang dari kunjungan ke Tohoku University of Art and Design. Tampak senyum lebar dibibir kami, ketika bersama rekan-rekan baru.

Sehabis Lunch dan cerita bersama, kamipun melanjutkan kegiatan ke Tohoku Bunkyu College. Disana kami sudah disambut oleh mahasiswanya, yang sangatlah ramah. Kami saling berganti bahasa, dimana kami bertukar bahasa disana. Orang Indonesia tidak boleh menggunakan bahasa Indonesia, melainkan harus berbahasa Jepang. Sedangkan mahasiswa Jepang harus berbicara menggunakan bahasa Indonesia. Melalui sebuah game, cairlah suasana diruangan tersebut. Kami saling mengenal satu sama lain. Kami juga menampilkan perform dihadapan mereka. Dan merekapun sangan antusias melihatnya. Tak jarang ketika kami menarikan Tari Indang. Mereka menirukannya bersama-sama. Mereka sangat ingin belajar tari Indonesia.
Kegiatanpun masih berlanjut, dikala hari itu adalah hari terakhir kami di Yamagata, kegiatanpun padat merayap. Dari pagi hingga sorenya, kami selalu perform dan mengunjungi tempat-tempat yang ditawarkan di schedule kegiatan. Yamagata Prefectural Government adalah tujuan kami kali ini. Ketika dikejauhan mata kami sudah dibuat terkagum, dimana terpajang bendera Indonesia dan Jepang berdampingan berkibar dilangit yang indah di sore itu.
Foto : kemesraan antara bendera Indonesia bersanding dengan bendera Jepang. Dilihat dari gedung pemerintah Yamagata.

 Tepat pada pukul 16.00 kami sampai di gedung pemerintahan tersebut.  Kami disambut sangat hangat oleh pemerintah Yamagata. Disana juga kami ditawarkan untuk memakai pin Cherry khas dari Yamagata. Karena Yamagata terkenal dengan kota penghasil cherry di Jepang. Disana kami mulai berdiskusi dengan pemerintah sana. Tanya jawabpun dimulai dari kami yang sangat antusias dengan Jepang khususnya Yamagata. Waktupun harus memisahkan, dimana masih banyak yang ingin mengajukan pertanyaan, tapi waktu sudah menunjukkan pukul 17.00 dan kamipun harus pulang kembali ke Castle Hotel.
Foto : Kami berfoto bersama didepan gedung pemerintahan Yamagata.

Diperjalanan pulang, kami menyempatkan diri untuk berbelanja di Daiso. Sebuah tempat belanja yang serba 100 Yen. Kamipun langsung mencari apa oleh-oleh yang akan dibawa ke Indonesia nanti, untuk keluarga disana. Daiso sanggat recommended untuk para pelancong yang ingin membeli oleh-oleh dengan harga yang terjangkau. Setelah disibukkan dengan berbelanja. Kamipun diarahkan kembali kedalam bis, untuk melanjutkan perjalanan. kami merasa sedih, dikarenakan ini adalah detik-detik terakhir kami di Yamagata. Sungguh kota yang membuat decak kagum akan semua keunikannya. Sungguh pengalaman yang tak akan pernah terlupakan. Sesampai kami di hotel, kami langsung disambut dengan senyuman hangat para pelayan hotel. Rasa penat yang ada, tidak terasa sama sekali, Karena kami berencana menghabiskan malam nanti untuk berkeliling jalan-jalan mengitari Yamagata diwaktu malam. Setelah melakukan kegiatan rutin yakni Dinner di hotel. Kamipun langsung menghabiskan hari dengan jalan-jalan malam di Yamagata. Sungguh kami menyesali, kenapa harus sebentar di Jepang, kenapa programnya tidak dilakukan selama sebulan?
Keesokan harinya tertanggal 24 juni 2014. Kami langsung dibangunkan dengan tuntutan breakfast di pagi hari. Kamipun sangat antusias, dimana ini adalah hari terakhir kami di Hotel Castle, terakhir di Yamagata, dan terakhir untuk breakfast di hotel ini. Sehabis sarapan pagi, kami dikasih komando oleh coordinator untuk berkumpul di lobby hotel pada pukul 08.00 dikarenakan akan melakukan perjalanan berikutnya. Dan coordinator menyarankan untuk segera mengumpulkan bagasi ke lobby, agar sudah langsung bisa meninggalkan hotel. Kami memiliki schedule berikutnya ke Zao Mountain Range, tapi dikarenakan hari hujan, dan suasana di Zao sudah gelap, jadi kegiatan ke Zao dibatalkan dan digantikan dengan kegiatan lainnnya. Yakninya ke Musium Pendidikan di Yamagata. Bangunannya yang sangat megah, membuat kami berdecak kagum, bangunan yang bercorak western ini, tidak mencerminkan Jepang. Bangunan yang ditampilkan lebih kepada bangunan barat yang megah. Disini kami mendapatkan ilmu mengenai masa bermulanya sekolah di Jepang khususnya Yamagata. Musium ini awalnya adalah sekolah pertama di sana, dan lama kelamaan di buatlah menjadi sebuah museum pendidikan di Yamagata. Kami juga melihat patung-patung yang menyerupai asli, kondisi kelas pada saat zaman dahulu kala. Melihat perkembangan seragam dari zaman siswa memakai kimono untuk bersekolah, dan lama kelamaan sudah berubah menjadi seragam, dan lain sebagainya.
Foto : patung peragaan di museum pendidikan yang menyerupai asli. Dimana pada masa dahulu pelajar bersekolah menggunakan kimono.

            Selanjutnya perjalanan kami dilanjutkan kesebuah museum. Dikarenakan tidak ada didalam randown acara, jadi saya lupa akan nama museum ini, museum ini sangatlah bagus, dengan berbagai keunikannya, letaknya yang berada diatas bukit, membuat museum ini terlihat dari arah manapun yang tidak jauh dari tempatnya. Begitupula sebaliknya, dari atas museum, kita juga dapat melihat berbagai pemandangan yang sangat bagus, dan membuat kami bahagia bila berada disana. Musium ini berbeda dengan museum pendidikan, yang mana desain bangunannya melambangkan jepang secara keseluruhan.
Foto : saya berada didepan pintu masuk musim dan memegang brosur tentang musim dan isinya.

            Disana kamipun merasakan hot spring, yang mana merendam kaki di air panas, dan menikmati keindahan tempat disana. Tak sungkan Mr.XX membelikan kami semua ice cream. Sungguh papa yang baik, ia berjanji akan memberikan kami CD yang berisikan foto-foto kami semasa berkegiatan di Yamagata. Sungguh pendamping Yamagata yang sanggat kami sayangi.
            Tak berjalan beberapa lama, waktunya kami untuk kembali ke bis dan melanjutkan kegiatan untuk pulang ke Tokyo. Sungguh Yamagata sangat recommended untuk dikunjungi. Kamipun harus kembali ke Tokyo hari itu juga. Ketika jadwal keberangkatan Shinkansen kami pada pukul 12.08..
Foto : Kereta api terepat di dunia, Shinkansen namanya. Sangat beruntung kami telah menaikinya

            Kamipun tidak melupakan untuk berfoto bersama sebelum kami pergi, sungguh mengharukan harus meninggalkan kota Yamagata, banyak sekali kenangan yang kami ukir di kota ini. Saya harus meninggalkan mama Meiya yang sudah saya anggap mama sendiri, walaupun berat tapi saya yakin, suatu saat nanti, saya akan kembali ke Jepang lagi. Entah untuk kegiatan apa, tapi saya yakin kelak saya akan kembali lagi.
            Diperjalanan pun, kami habiskan dengan saling canda bersama rekan Yamagata. Dikereta, kami saling berbagi cerita dengan teman sebangku, dan sesekali melihat pemandangan luar yang sanggat mengagumkan. Tak heran, waktu makan siangpun kami habiskan didalam kereta. Dan sesampai kami di Tokyo. Pada pukul 14.48 kami langsung disambut oleh bis yang selalu mengantar kami ketika di Tokyo. Disini kami mulai dipamerkan kembali dengan keindahan Tokyo yang menawan. Rombongan kami ,Yamagata Team, langsung diantar ke Olympic Center, dimana kami sudah ditunggu oleh JOCA dan kelompok dari Nigata. Mulailah Reporting Session oleh masing-masing kelompok. Saya yang termasuk dalam kelompok Shinkansen, yang beranggotakan Uga, Rhea, Iqbal, Lena,dan Arif. Kami berenam memutuskan untuk memilih Lena yang akan mewakili Shinkansen untuk Reporting. Kami sanggat antusias mendukung penampilan Yamagata Team, dan Shinkansen pada khususnya.
            Reporting session pun berakhir, kami dipotong oleh waktu, Kamipun bergegas untuk ke ruangan makan, dan bersiap untuk santap malam bersama. Kamipun saling bertukar cerita dengan team dari Nigata, karena notabennya di grup Nigata adalah kakak tingkat dari saya. Grup Nigata kebanyakan dari angkatan 2011 dan 2010. Saling berbagi ceritapun kami mulai, mulai dari perjalanan sampai dengan homestay yang paling ditunggu.  Sungguh pengalaman yang tidak dapat kami lupakan.
            Sehabis dinner, kamipun bergabung untuk perform bersama, perwakilan dari STKS Bandung tercinta. Kamipun menampilkan pertunjukan nusantara. Yakninya diawali oleh Sinden, Dalang, permainan music karinding (sunda) dan dilanjutkan oleh penampilan Tari Indang dari Sumatera Barat, serta terakhir kami mempersembahkan tari Jaepong dari Sunda. Ketika kami menari Tari Indang, semua partisipan sangat antusis, dilihat dari rekan-rekan dari Papua yang ikut bergabung, dan tak lupa para coordinator serta translator kami yang berasal dari Jepangpun ikut menari bersama. Dilihat dari tariannya yang mudah untuk diikuti, merekapun senang bila menari bersama. Sungguh acara menyenangkan, dikala kami perform dimuka umum, outdoor dan dilihat oleh orang-orang yang berlalu lalang di Olimpic Center. Sungguh pengalaman yang unik dan berkesan, terkhusus bagi kami Delegasi Indonesia.
             Koordinator kami langsung mengarahkan untuk segera ke bis, karena waktu sudah menunjukkan untuk jam tiba di hotel. Tak bosan Erika San, dan Emi san untuk menyuruh kami, “cepat-cepat” dengan logat jepangnya. Tapi walaupun kami sering terlambat dalam mengerjakan sesuatu, dikarenakan sibuk berfoto, mereka tidak pernah mengeluh maupun marah kepada kami. Sungguh dua orang ini sangat kami sayangi, terkhusus untuk Yamagata Team.
            Sampailah kami di Shinjuku Washington Hotel kembali, hotel yang kembali asing, dikarenakan telah nyaman di Yamagata. Kamipun langsung membiasakan diri kembali dengan SH Hotel ini. Tak lupa kami langsung mengambil Koper masing-masing yang dititipkan ke lobby hotel. Kamipun langsung mengatur rencana untuk jalan-jalan keluar hotel pada malam hariny, dikarenakan ini adalah malam terakhir kami di Tokyo. Setelah meletakkan koper, tanpa dudukpun, kami langsung mengunci pintu kamar dan bersiap-siap untuk menjelajahi Tokyo dimalam hari.
            Suasana Tokyo dimalam haripun sanggatlah luar biasa. Dimana kami menjelajah walaupun tidak tau arah jalan. Sesekalipun kami bertanya pada orang, walaupun mereka kurang menggunakan bahasa Ingris dikehidupannya, tapi mereka juga berusaha untuk membantu kami, dengan mencari di Google, apa yang kami katakana.  Tapi disanalah keasyikannya. Dimana kami sering bertanya, dan berkeliling tempat-tempat yang baru dan ramai pengunjungnya.  Stasiun TV ramai dikunjungi, kamipun tiba-tiba tersesat, dan sampai disana, kami mengikuti keramaian orang dan sampai di stasiun TV. Tak lama, kami langsung mencoba jalan yang baru, sungguh pengalaman berjalan di samping ribuan orang yang sibuk akan kesibukannya masing-masing.  Saya juga melihat disudut sebuah bangunan, ada sekumpulan para pemuda yang berlatih dance. Sayapun duduk memperhatikannya, dan melihat mereka berlatih. Dan jam telah menunjukkan pukul 22.00 saya langsung bergegas menuju ke hotel dan beristirahat karena keeseokan harinya akan pulang ke tanah air.
            Keesokan harinya kami kembali ke tanah air dengan selamat, banyak pengalaman yang kami ambil disana, baik dari segi ilmu yang kami adop dari Jepang, baik tentang lingkungannya yang sangat mengejutkan akan tata kota dan udara yang bersihnya. Bahkan tentang sosialnya yang kami garis bawahi disini.
            Pengalaman untuk jalan-jalan adalah pengalaman saya, tapi ilmu yang saya dapat disana adalah ilmu untuk bersama, saya senang jika saya bisa berbagi ilmu dengan orang lain. Saya senang untuk sukses bersama.

            Banyak orang berfikiran, untuk keluar negeri harus membutuhkan uang yang banyak, harus ikut les bahasa yang mahal. Semuanya saya jawab dan saya bantah dengan kata TIDAK. Saya buktinya, saya berasal dari keluarga yang sederhana. Papa saya adalah seorang wiraswasta kecil dan mama saya adalah ibu rumah tangga. Saya tidak mengikuti les bahasa yang mahal, tapi papa saya mengajarkan kepada saya untuk mandiri, dan berusaha gigih akan cita-cita kita, dengan belajar autodidak saja, bisa. Kenapa harus membayar mahal. Intinya adalah niatan kita. Saya keluar negeri tidak mengeluarkan biaya yang mahal, karena itulah gunanya kita punya relasi, cari dan giat menemukan sponsor akan hal itu. Saya menjadi seperti ini dikarenakan saya tau akan susahnya orang tua saya bekerja, banting tulang demi saya dan keluarga, saya tidak berasal dari keluarga kaya, dan ini lah yang membuat saya, tidak mau membuat susah orang tua saya. Selagi otak masih bisa digunakan, kenapa tidak? Jangan memberatkan orang lain akan kesuksesan kita, tapi buatlah orang lain bangga dan senang akan jalan yang kita pilih untuk sukses.
Banyak orang berfikiran, untuk keluar negeri harus membutuhkan uang yang banyak, harus ikut les bahasa yang mahal. Semuanya saya jawab dan saya bantah dengan kata TIDAK. Saya buktinya, saya berasal dari keluarga yang sederhana. Papa saya adalah seorang wiraswasta kecil dan mama saya adalah ibu rumah tangga. Saya tidak mengikuti les bahasa yang mahal, tapi papa saya mengajarkan kepada saya untuk mandiri, dan berusaha gigih akan cita-cita kita, dengan belajar autodidak saja, bisa. Kenapa harus membayar mahal. Intinya adalah niatan kita. Saya keluar negeri tidak mengeluarkan biaya yang mahal, karena itulah gunanya kita punya relasi, cari dan giat menemukan sponsor akan hal itu. Saya menjadi seperti ini dikarenakan saya tau akan susahnya orang tua saya bekerja, banting tulang demi saya dan keluarga, saya tidak berasal dari keluarga kaya, dan ini lah yang membuat saya, tidak mau membuat susah orang tua saya. Selagi otak masih bisa digunakan, kenapa tidak? Jangan memberatkan orang lain akan kesuksesan kita, tapi buatlah orang lain bangga dan senang akan jalan yang kita pilih untuk sukses.


“ Jangan pernah takut untuk dicemoohkan, jangan pernah takut untuk ditertawakan, tapi ambil sisi positifnya, ketika kita dicemoohkan, berarti kita diperhatikan oleh orang lain, dan ketikan kita ditertawakan, ketika itulah mereka takut akan kemampuan kita”

“ Success in your hand, success in your way”
“ Jangan pernah takut untuk berbeda, jangan pernah takut untuk terbalik, karena mana tau dengan terbalik, itulah jalan kesuksesan anda “

Tidak ada komentar:

Posting Komentar